Peduli ASI Bagi Generasi Islami

 

2015-12-14_04.03.10-1024x576

 

Sidoarjo, 13 Desember 2015 – Sepertinya semakin maju zaman, semakin jarang pula yang peduli akan ASI untuk bayi. Semua karena kecanggihan informasi dan teknologi. Hari ini, saya disadarkan oleh kajian Islam yang membahas ASI dari segi agama dengan tema “Peduli ASI Bagi Generasi Islami”. Mengapa kita harus peduli ASI? Ya, kita. Bukan hanya ibu saja. Tapi juga termasuk lingkungannya, orang di sekitarnya.

Kajian yang dilaksanakan di Masjid Darussalam Alfalah Tropodo ini digawangi oleh Salimah, suatu organisasi masyarakat muslimah yang aktif dan peduli dalam peningkatan kualitas hidup perempuan, keluarga, dan anak Indonesia. Narasumbernya adalah Arit Widowati, KL, seorang konselor laktasi yang jam terbangnya sudah tinggi. Beliau aktif berdakwah masalah ASI. Yang bikin takjub itu, di usia yang masih tergolong muda sudah memiliki 4 anak dan semuanya ASI full. ASInya tidak hanya diperuntukkan anak kandungnya saja, tapi juga untuk 12 anak susuannya!

Well, kita kembali ke tema kajian. Lingkungan di sekitar ibu menyusui harus mendukung pemberian ASI. Baik itu ayah, nenek, kakek, tetangga, kakak, adik, tante, paman, teman, dll. Alasan pertama adalah gencarnya komunikasi iklan susu formula. Jika si ibu menghadapinya sendirian tanpa dibentengi lingkungan sekitar, maka dengan mudahnya ibu akan terpengaruh oleh lingkungan. Misalnya, si kakek mengetahui info susu selain ASI yang dikenal bagus untuk bayi. Ia akan merekomendasikannya pada si ibu saat ibu merasa tak mampu memberi ASI. “Ah, gampang kan ada susu ini. Tinggal beli aja. Kalau ga bisa ngasih ASI ya mau gimana lagi?”

Lain halnya jika lingkungan sekitar teredukasi untuk mendukung pemberian ASI. Begitu si ibu mulai putus asa, lingkungannya akan menyemangati. Misalnya menyarankan menemui konsultan ASI, mendukung usaha relaktasi, dan sejenisnya.

Yang wajib peduli pertama kali tentang ASI adalah ayah. Bukan suami. Itulah yang tercantum dalam Al-Qur’an. Mengapa kata ayah yang dipilih? Ini ada kaitannya dengan pemenuhan hak ASI bayi. Perintah mencari keturunan yang baik pertama ditujukan untuk laki-laki. Saat akan berhubungan bikin adik, yang berdoa juga laki-laki. Terbentuknya janin dari sekian juta sel sperma yang terpilih cuma satu sel sperma yang tentu saja dari si laki-laki. Sehingga dalam pemenuhan ASI juga merupakan kewajiban ayah.

Ayah bertanggung jawab dalam hal apa? Tentunya dalam pemberian nafkah. Ayah wajib memberi asupan nutrisi yang baik dan halal agar ibu menyusui sehat dan bayinya tumbuh dengan baik. Ibu bertugas memberi ASI pada bayinya. Dalam Surat Lukman ayat 15 dan Al-Ahqaf ayat 15 terdapat kesamaan, yakni tugas ibu yang berat dalam melahirkan sampai selesai masa penyusuan. Nah, ini nih yang mak jleb. Melahirkan itu berat sepaket dengan menyusui. Tapi tak jarang pula ibu yang lepas tanggung jawab tanpa usaha terlebih dahulu untuk menyusui bayinya. Mereka memilih paket hemat: Hamil dan Melahirkan. Tanpa menyusui, tanpa mendidik anak. Masalah anak, dilimpahkan pada orang lain.

Para Nabi ASI Eksklusif

Nabi Muhammad, memiliki ibu susuan lebih dari satu. Allah tidak membiarkan beliau ‘menyusu pada hewan’. Begitu pula Nabi Musa. Allah memerintahkan ibu Musa untuk menghanyutkan bayi Musa ke sungai. Kalau zaman sekarang sungguh edan bukan? Tapi itulah perintah Allah, yang pastinya akan ada kebaikan. Akhirnya apa? Nabi Musa diambil oleh istri Fir’aun dan diberi ibu susuan.

Tak hanya dalam Al-Qur’an, dalam Hadits pun banyak menyinggung tentang ASI. Salah satunya adalah ketika Rasulullah S.A.W didatangi wanita dari suku Ghamidiyah yang berzina. Wanita itu minta dirajam. Namun Rasulullah menolaknya dan memerintahkan agar menyusui anaknya hingga masanya usai. Setelah disapih barulah hukuman dilaksanakan.

ASI Ibu Susuan

Jika tidak mampu memberi ASI bagaimana? Carilah ibu susuan. Bukan ke toko cari susu murah, hehehe. Hal ini sesuai anjuran WHO. Urutan dalam pemberian susu adalah:

  1. ASI ibu langsung
  2. ASI ibu yang diperah kemudian diberikan melalui gelas/sendok/cawan
  3. ASI ibu susuan (donor)
  4. Susu formula

Dalam Islam, pemberian ASI donor tidak sembarangan. Jadi pemberian ASI melalui bank ASI yang tidak diketahui asal-usulnya harus dihindari. Mengapa? Karena air susu ibu menumbuhkan tulang dan daging. Bayi yang diberi ASI donor atau disusui langsung oleh pendonor (ibu susuan) akan menjadi anaknya juga, sehingga diharamkan menikah dengan saudara susuannya juga.

Masalah pernikahan inilah yang biasanya dihindari umat muslim, sampai ada yang salah mengerti hingga mengatakan donor ASI haram. Padahal, alasan sebenarnya takut anaknya nggak dapat jodoh. Allah telah mengatur segalanya termasuk jodoh. Contohnya cerita yang dialami Arit sendiri. Tepatnya suaminya. Ternyata, suami Arit punya saudara sepersusuan. Saudara sepersusuannya itu sudah ia kenal sejak lama (namun tidak tahu bahwa itu saudara susuan), dan baru menikah. Dia juga baru mengetahuinya saat akan menikah dengan Arit.  Jadi tidak perlu khawatir nggak kebagian. Dan tetap lakukan silaturrahim dengan pendonor.

Begitu perhatiannya Allah dan Rasulullah tentang masalah penyusuan. Ini dibuktikan dari kisah-kisah yang ada dalam Al-Qur’an dan Hadits. Jadi betapa zalimnya kita jika kita tidak peduli masalah ASI untuk bayi.

Banjir Dorprize

Acara ini akhirnya ditutup dengan bagi-bagi hadiah. Doorprize diberikan untuk para penanya. Arit juga menghadiahkan buku Panduan Menyusui untuk ibu yang mau berdakwah ASI. Selain itu, juga ada doorprize untuk ayah termuda, single termuda, dan nenek yang hadir.

 

2015-12-14_04.07.14-1024x718
Peserta termuda masih single, menerima doorprize buku Jilbab Bukan Jilboob dari Filanika.com

 

2015-12-14_04.04.35Hadiah untuk nenek-nenek yang peduli ASI

2015-12-14_04.06.25-1024x588Hadiah untuk para penanya

2015-12-15_03.20.50-1024x717Panduan Menyusui yang ditulis oleh dr. Utami Roesli sebagai hadiah untuk Ibu Pendakwah ASI

Posted on: December 22, 2015, by : li partic

One thought on “Peduli ASI Bagi Generasi Islami

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *