Andai Saya Pemimpin, Saya Akan Bangun Kesejahteraan Pangan Mulai Dari Desa
Pangan adalah kebutuhan primer setiap orang. Tanpa pangan yang memadai pastilah kita tidak bisa hidup. Maka salah satu ukuran bangsa yang mandiri dan sejahtera adalah kesejahteraan pangan. Mari kita menilik sejenak Pembukaan UUD 1945 alinea ke-4.
“Kemudian daripada itu untuk membentuk suatu Pemerintah Negara Indonesia yang melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum….”
Kesejahteraan umum merupakan salah satu tujuan berdirinya negara kita, Indonesia. Kesejahteraan umum berarti juga meliputi kesejahteraan pangan. Apakah saat ini kita sudah mencapai cita-cita kesejahteraan pangan itu?
Kesejahteraan pangan adalah kondisi di mana pangan sudah tersedia dan mencukupi bagi rakyat baik dalam hal fisiknya, daya belinya, pemenuhan gizinya, dan keamanan pangan. Sementara untuk kondisi saat ini, belum sepenuhnya sejahtera dan mandiri karena kita masih harus impor untuk beberapa bahan pangan.
Dalam penyediaan pangan, petani adalah kunci dari pangan bangsa ini. Masalahnya, jumlah petani di Indonesia lebih banyak yang sudah memasuki usia tua, generasi mudanya hanya sedikit. Menurut data BPS 2019, dari 36,5 juta orang yang bekerja di bidang pertanian, hanya ada 2,9 juta generasi muda milenial yang berkecimpung di sektor ini. Generasi muda di desa lebih memilih menjadi buruh pabrik daripada meneruskan profesi orang tua mereka sebagai petani. Kalau lebih banyak usia senja yang bekerja, akibatnya produktivitas pangan akan sulit naik.
Biasanya, generasi muda milenial lebih suka sesuatu yang kreatif dan inovatif. Kecenderungan ini harus dirangsang agar mereka punya lingkungan yang nyaman untuk berinovasi, baik dari segi teknis produksi pra-panen hingga pasca panen. Karena keterlibatan generasi muda dalam pertanian ini masih sangat kecil. Ada pun startup di bidang pertanian yang memakai teknologi itu fokusnya ke sektor pembiayaan dan marketplace. Itupun jumlahnya sedikit. Dari 2.200 startup, sekitar 1%-nya yang mengambil bidang pertanian dengan teknologi. Kita masih butuh peran generasi muda di bidang teknis produksi pertanian untuk kesejahteraan pangan di Indonesia.
Pertanian, perkebunan, peternakan umumnya ada di desa. Maka perlu perbaikan peran generasi muda mulai dari desa. Andai saya menjadi pemimpin di Indonesia, saya akan memperbaiki soal kesejahteraan pangan ini mulai dari desa.
Ada 5 langkah yang saya ambil. Saya jabarkan seperti di bawah ini.
1. Petakan kekuatan yang dimiliki desa untuk memasok barang/jasa
Hasil bumi yang dihasilkan di desa dari pertanian dan perkebunan biasanya mencakup singkong, ubi, padi, sayur-mayur, buah-buahan, bahan baku olahan seperti cabe, tomat, dan bahan baku jamu. Desa di pinggir hutan dapat menghasilkan madu, gula aren, dll. Sedangkan desa di tepi pantai bisa memberikan hasil laut seperti kepiting bakau, udang, rumput laut, dan ikan. Jika desa-desa terdapat lahan kosong bisa dijadikan lahan untuk membangun food estate.
2. Amati lebih detail target pasar.
Mengamati target pasar ini penting untuk pemasaran hasil pangan. Petakan lebih detail tentang segmentasi pasar, bagaimana kualitas barang yang diharapkan oleh segmen pasar, dalam harga berapa, dengan kuantitas dan frekuensi bagaimana mereka membutuhkan pasokan.
Misal pariwisata, siapa yang kira-kira tertarik datang, apa yang bisa dijual ke wisatawan ini, dan sseterusnya. Di perkotaan, terhadap pengusaha-pengusaha yang membutuhkan pasokan barang untuk mereka bisa melayani pasar, misalnya beras organik, ikan, sayur-sayur organik.
3. Mengedepankan teknologi untuk produktivitas, pengelolaan dan pemasaran
Petani diberi fasilitas berupa teknologi, modal, dan pemasaran melalui program Badan Usaha Milik Petani. Dengan teknologi akan membantu mereka dalam mendistribusikan serta menjaga kestabilan harga produk pangan.
4. Pastikan pemenuhan komitmen dalam pemasaran
Infrastruktur, SDM, keuangan harus dipersiapkan. Pembentukan koperasi di tingkat desa, kecamatan atau kabupaten merupakan kebutuhan strategis dengan syarat:
1. Pembentukan bottom-up disusun oleh petani, peternak dan nelayan.
2. Berfokus menjadi lembaga penjaminan mutu.
3. Berorientasi untuk mengintegrasikan konsumen dengan petani, peternak dan nelayan dalam kebersamaan yang manusiawi, saling mengenal dan saling dukung.
5. Pembangunan perdesaan harus berfokus pada peningkatan kualitas hidup manusia
Sumber daya manusia terutama generasi muda harus dibangun. Sisi kesejahteraan dan kebahagiaan rakyat menjadi visi, dan diimbangi dengan peningkatan skill warga untuk bisa berkiprah dalam kegiatan-kegiatan ekonomi, keuangan, dan bisnis.
Kesejahteraan pangan harus dipersiapkan dari hulu ke hilir. Bukan sekadar meningkatkan produktivitas hasil panen saja. Sektor-sektor yang berhubungan juga harus diperbaiki performanya, sehingga roda ekonomi juga berputar lancar. Mudah-mudahan dengan 5 langkah membangun kesejahteraan pangan mulai dari desa tadi, dapat menghindarkan kita dari krisis pangan. Dengan demikian kesejahteraan pangan di Indonesia bisa terwujud.