Salah Kaprah Susu Kental Manis (SKM): Jika Ada Bayi Meninggal, Salah Siapa?
Akhir-akhir ini di jagad online sedang ribut bahwa ada penipuan publik tentang susu kental manis. Mereka membahas bahwa susu kental manis bukanlah susu, tidak mengandung susu sama sekali. Saya sebagai lulusan teknologi pangan, tentu heran dengan isu ini. Susu kental manis ya memang berasal dari susu, hanya saja penambahan gulanya sangat banyak, sehingga teksturnya kental seperti karamel. Dari mana ya, perubahan anggapan bahwa susu kental manis tidak mengandung susu?
Saya belum menemukan jawaban dari mana awal bermula susu kental manis tidak mengandung susu. Yang jelas, saya membaca berita di Kendari Sulawesi Tenggara dan Maros, Sulawesi Selatan ada kejadian balita gizi buruk hingga berakibat meninggal. Menurut rilis Yayasan Abhipraya Insan Cendekia Indonesia (YAICI), keempat balita tersebut adalah Arisandi (10 bulan), asal desa Ulu Pohara, kecamatan Lahungkumbi, kabupaten Konawe, Muhammad Adam Saputra (7 bulan) dan Muharram (4 bulan) serta Rasyad (2 tahun) asal Maros, Sulawesi Selatan. Penyebabnya adalah penggantian ASI dengan susu kental manis.
Damn! Sepintar apa sih sang ortu kok bisa-bisanya bayi nggak dikasih ASI, malah dikasih SKM? Bukannya di kemasan sudah ada peringatan bahwa susu kental manis tidak cocok untuk bayi? Baiklah, saya mencoba melihat dari kacamata lain. Keadaan ekonomi, mungkin? Siapa tahu orang tua tergolong tidak mampu, lalu nggak bisa kasih ASI karena bekerja. Daripada nggak minum susu sama sekali, ya lebih baik tersentuh susu, meski namanya susu kental manis.
Mungkinkah sejak itu digembar-gemborkan bahwa SKM bukan susu?
Jawaban prahara susu kental manis ini saya dapatkan saat mengikuti diskusi yang bertajuk Membangun Generasi Emas Indonesia 2045, Bijak Menggunakan SKM di SMA Khadijah Surabaya pada Minggu, 2 Desember 2018. Diskusi ini dihelat oleh YAICI bekerja sama dengan Muslimat NU.
Menurut McKinsey, Indonesia akan menjadi negara terbesar ke-7 pada tahun 2030. Syaratnya ekonomi harus stabil, tidak ada huru-hara politik, dan generasinya bisa bersaing. Untuk menyiapkan generasi yang siap bersaing global, kita harus menyiapkan generasi yang zero gizi buruk, zero stunting. Intinya generasi masa depan haruslah sehat, generasi emas.
Salah satu faktor penyebab masalah kesehatan baik itu stunting, gizi buruk, maupun gizi lebih (obesitas) adalah konsumsi susu yang tidak sesuai peruntukannya. Contohnya susu kental manis. Susu kental manis terbukti mengakibatkan gizi buruk pada balita karena kandungan proteinnya rendah, gulanya tinggi. Di sisi lain, SKM juga mengakibatkan obesitas karena kandungan gula yang tinggi. Obesitas pun berakhir pada penyakit yang mengancam kematian seperti jantung, stroke, dll.
Untuk menjauhi masalah gizi buruk atau gizi lebih, maka lebih tepat jika mengawali anak dengan konsumsi ASI saja hingga 6 bulan dan diberi makanan tambahan sembari dilanjutkan ASI hingga 2 tahun. ASI ini praktis, bisa diminum tanpa persiapan khusus, segar, bebas kontaminasi. Kandungan gizi ASI pun bisa nenyesuaikan keperluan si bayi.
Bicara susu lain misalnya susu sapi yang digunakan untuk keperluan manusia menjadi berbagai olahan seperti susu bubuk, keju, mentega, susu kental manis boleh-boleh saja. Hanya saja harus bijak dalam penggunaannya. Menurut Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur, Kohar Hari Santoso, selalu ingat KLIK dalam membeli produk olahan. KLIK adalah:
- Kemasan
- Label
- Izin edar
- Kedaluarsa
Konsumsi Sehat Susu
Susu sebenarnya menyehatkan. Manusia hanya butuh susu saat 2 tahun pertamanya, yaitu dari ibunya sendiri yang berupa ASI. Selepas 2 tahun, manusia bisa mengonsumsi susu lain. Urutan konsumsi susu dari yang paling sehat adalah:
- ASI saja sampai 6 bulan, dan dilanjutkan sampai 2 tahun.
- Susu segar lebih baik (sudah dilakukan pasteurisasi)
- Susu UHT (bentuk lebih praktis, kandungan gizi masih lebih baik).
- Susu kental manis, memiliki kalori sangat tinggi, tidak direkomendasikan pemberian rutin pada anak.
Regulasi Susu Kental Manis di Indonesia
Selanjutnya, Yuli Ekowati, Ahli Madya Pengawas Farmasi dan Makanan BPOM Provinsi Jawa Timur menjelaskan lanjut tentang susu kental manis. Berdasarkan PerKa BPOM No. 21 Tahun 2016 tentang kategori pangan, susu kental manis adalah produk susu berbentuk cairan kental yang diperoleh dengan menghilangkan sebagian air dari campuran susu dan gula hingga mencapai tingkat kepekatan tertentu, atau merupakan hasil rekonstitusi susu bubuk dengan penambahan gula dengan atau tanpa penambahan bahan lain.
Pelabelannya pun diatur. Hal ini terdapat dalam PerKa BPOM No. 31 Tahun 2018 tentang label pangan olahan. Pencantuman Peringatan pada label untuk produk susu kental manis dan analognya seperti:
Perhatikan!
Tidak untuk menggantikan Air Susu Ibu
Tidak Cocok untuk Bayi sampai usia 12 bulan
Tidak dapat digunakan sebagai satu-satunya sumber gizi.
Tak hanya label, iklan pun diatur lho. Peraturan Kepala Badan POM Nomor 2 Tahun 2016 tentang pedoman teknis pengawasan periklanan pangan olahan mengatur pelarangan tentang iklan yang semata-mata menampilkan anak-anak berusia di bawah 5 tahun dalam bentuk apapun, kecuali apabila pangan tersebut diperuntukkan bagi anak-anak yang berusia di bawah 5 tahun.
Salah Kaprah Iklan Susu Kental Manis
Arif Hidayat Ketua YAICI mengatakan sebenarnya bukan masyarakat kita yang bodoh atau kurang informasi tentang susu kental manis sehingga memberi SKM tersebut pada anak-anak sebagai minuman. Terdapat salah kaprah iklan susu sudah sejak sangat lama. Sejak ratusan tahun lalu iklan SKM mengomunikasikan SKM sebagai susu. Iklan memvisualisasikan keluarga bahagia, anak lincah dan sehat karena minum SKM. Pesan yang disampaikan SKM adalah minuman bernutrisi, bergizi, dan baik untuk pertumbuhan.
Yang sebenarnya kandungan SKM yang diproduksi di Indonesia protein 2,3% lebih rendah dari ketentuan BPOM 6,5% dan ketentuan WHO 6,9%. Kandungan gula lebih tinggi yakni di atas 50%, sedangkan WHO menyaratkan hanya 20%.
Sesampainya di rumah, saya jadi penasaran apakah label SKM favorit saya sudah memenuhi regulasi?
Ternyata sekarang ada pergantian nama susu. Yang biru merupakan krimer kental manis karena bukan susu, tepatnya bukan berasal dari susu segar. Dia berasal dari susu skim yang ditambahkan gula dan bahan-bahan lainnya (susunya sedikit sekali), sehingga namanya berubah menjadi BENDERA KENTAL MANIS. Sementara satunya yang berwarna gold masih bernama SUSU KENTAL MANIS, karena memang berasal dari susu segar.
Peringatan bahwa susu kental manis tidak cocok untuk bayi ada. Hanya saja, saran penyajiannya masih menampilkan susu kental manis sebagai minuman. Padahal susu kental manis hanya cocok sebagai bahan pelengkap makanan, seperti topping makanan misalnya.
Ketua VII Bidang Kesehatan Sosial PP Muslimat NU Erna Yulia Soefihara mengatakan bahwa PP Muslimat NU akan terus mendorong jamaah muslimat untuk menyosialisasikan bijak menggunakan SKM. Bagaimana dengan kita? Yuk, mulai dari keluarga kita sendiri untuk bijak gunakan SKM!
Posted on: December 6, 2018, by : li partic
Sejak kecil sudah dikenalkan SKM utk topping. Pernah sih sekali minum segelas penuh waktu SD. tapi selanjutnya saya menolak ketika Mama ngasih SKM jadi susu. Saya bilang, manis banget Mah aku gak suka. Lalu mama bilang, iya juga manis banget. Sejak itu hanya dijadikan topping roti tawar aja waktu sarapan. Semoga makin banyak masyarakat yang bijak konsumsi SKM dan lebih aware pada kesehatan 🙂
Aneh ya kalau buat minuman tunggal. Kalau bikin milk tea sih masih mending 😀