Pendakwah ASI Blusukan

Arit Widowati. Sudah lama aku mengenalnya. Mungkin sekitar 4 tahunan, aku mengetahuinya lewat facebook. Membaca status-status facebooknya, mempelajari sharing-sharingnya di grup facebook khusus orang tua yang peduli kehidupan anaknya. Aku mengenalnya hanya sebatas di layar kaca, sejak dia punya satu putri, hingga sekarang yang hampir punya anak kelimanya di usia cantiknya. Tapi baru kali ini aku berinteraksi lebih dekat di sebuah kajian tentang menyusui di sebuah masjid.

Aku dan dia ternyata tinggal di kota yang sama, dan profesi sambilan kami juga sama, yakni konsultan menyusui. Bedanya, dia aktif menyosialisasikan ASI di lingkungannya, baik tempat kerjanya, daerah tempat tingalnya, maupun daerah-daerah lain. Sedangkan aku hanya fokus mengedukasi lewat bisnisku saja.

Saat ini aku memenuhi undangannya mengikuti kajian ASI-nya. Aku diminta bergabung dalam organisasi yang dia rintis untuk turut berdakwah ASI bersamanya. Tapi sebelum aku mengatakan iya, aku ingin tahu dulu bagaimana ia menyampaikan edukasinya.

Melihatnya berbicara di dekat mimbar masjid, saya jadi ingat gayanya di adegan film dokumenter “Donor ASI”. Dalam adegan itu, dia baru datang dari kantornya. Ia menyambut anaknya yang berumur satu tahun yang kelihatan sangat menantikannya. Namun tak disangka bayinya malah menangis, dan langsung disusui. Kala itu, ia sedang hamil anak keduanya. Namun bayinya yang belum genap dua tahun itu harus diberi ASI bagaimanapun caranya. Kisah perjuangannya mendapatkan donor ASI didokumentasikan dalam film itu. Beruntung, film Donor ASI berhasil memperoleh Piala Citra di Festival Film Indonesia 2011.

Tawa-tawa kecil terdengar, sehingga lamunanku tentang film itu terbuyarkan. Ternyata peserta tergeli sendiri mendengar penjelasan Arit.

“Banyak ibu yang memilih PAHE alias Paket Hemat kalau melahirkan.”

Kukira PAHE yang disebutnya adalah paket persalinan dengan fasilitas minim, seperti fasilitas non VIP tanpa AC, kulkas, atau kamar mandi dalam di ruang perawatannya. Tapi ternyata aku salah.

“Ibu biasanya memilih paket hemat hamil dan melahirkan saja. Kadang ibu mengabaikan paket lengkap sesuai kodrat ibu lainnya seperti menyusui dan mendidik anak-anaknya. Dengan mudahnya ibu memasrahkan pada orang lain soal menyusui dan mendidik anak-anak,” lanjutnya.

Pernyataan yang cukup menampar. Karena umumnya memang begitu. Awalnya ibu merasa ASI-nya tidak keluar di awal kelahirannya, karena minim ilmu, ia tidak berikhtiar memperbanyak ASI dan menutupi kekurangan ASI-nya dengan susu formula. Padahal, justru susu formulalah yang menyebabkan ASI bertambah tidak keluar. Bayi sudah kenyang dengan susu botol, menjadi enggan menyusu. Lama-lama dia tidak kenal lagi dengan payudara ibunya, produksi ASI semakin tidak dirangsang, sehingga berhenti total, tidak mengalir sama sekali.

Arit Widowati memberikan kajian bertema “Peduli ASI Bagi Generasi Islami”

Sebenarnya, Arit bukanlah tenaga kesehatan. Ia merupakan karyawati di Direktorat Jenderal Pajak. Ia tertarik soal ASI dan menyusui sejak kehamilan pertamanya, tepatnya Juni 2009. Ia melahirkan anak pertama di bulan Maret 2010. Saat bayi pertamanya berumur lima bulan, ia hamil lagi anak kedua. Namun sayang, hampir semua dokter melarangnya menyusui selama kehamilannya.

Hati Arit berontak. Ia yakin anugerah Allah yang berupa kehamilan keduanya tidak mungkin merugikan kakaknya yang masih berhak mendapat anugerah Allah lainnya berupa ASI. Hingga suatu saat ia mengetahui istilah nursing while pregnancy (NWP) atau menyusui saat hamil dengan syarat tertentu yang sudah umum di luar negeri. Akhirnya Arit memutuskan untuk melakukan NWP. Namun, produksi ASI semakin berkurang karena kehamilannya. Oleh karena itu, ia mencari donor ASI.

Pada tahun 2012, Arit berkesempatan mengikuti pelatihan konselor menyusui yang diadakan oleh AIMI. Arit berpikir bahwa akan lebih mudah memberikan sosialisasi tentang ASI jika ia memiliki sertifikat konselor. Terlebih, karena ia bukan tenaga medis, melainkan hanya ibu yang punya pengalaman dengan ASI dan banyak membaca.

Setelah lulus pelatihan konselor, ilmu Arit semakin bertambah. Ia menjadi tahu bagaimana langkah-langkah menghadapi ibu-ibu yang akan konseling dan teknik-teknik konselingnya yang tidak bisa didapatkan hanya dari membaca. Arit berharap dengan menjadi konselor bisa memudahkan langkahnya dalam memberi manfaat lebih untuk masyarakat, khususnya tentang ASI dan menyusui. Masih banyak pemahaman keliru di masyarakat yang harus diluruskan. Apalagi dengan melihat semakin gencarnya promosi susu formula.

Banyak orang bilang usia 30 tahun ke atas merupakan batas zona nyaman. tidak mungkin seseorang meraih yang lebih baik lagi setelah apa yang dicapainya pada usia ini, karena usia selanjutnya fisiknya akan semakin lemah, penampilan menariknya berkurang, postur tubuh berubah. Ada juga yang menganggap masa muda adalah kejayaan, sehingga wajar jika seseorang sudah 30 tahun ke atas merasa tubuh dan wajahnya berubah jauh dibanding masa lalunya, sehingga putus asa menjalankan hidup apa adanya. Namun tidak dengan Arit Widowati. Pada usianya yang ke-36 sekarang ini, prestasi dakwah ASI-nya semakin gemilang. Wanita yang tengah mengandung anak kelimanya itu semakin cantik dengan perannya mengedukasi ASI terutama ibu-ibu dari kalangan menengah ke bawah.

Arit menamakan program dakwah ASI-nya dengan nama Sentra Laktasi Muslimah (SALMA). SALMA merupakan organisasi nirlaba muslimah yang bertujuan untuk menyelamatkan generasi penerus umat yang shalih dan kuat dengan meningkatkan pengetahuan, informasi tentang ASI dari sudut pandang Islami serta meningkatkan persentase ibu menyusui di Indonesia. SALMA bernaung di bawah Yayasan Askar Ramadhan Divisi Dakwah Laktasi, yang dikelola suaminya.

Sebagian dana dari donatur Yayasan Askar Ramadhan digunakan untuk menjalankan program SALMA, terutama dalam rangka dakwah ASI membantu para ibu menyusui yang miskin dan dhuafa dengan terjun langsung ke masyarakat.
Kegiatannya saat ini adalah Dakwah ASI on the road, konsultasi ASI dan menyusui gratis, kelas ASI blusukan gratis ke kampung-kampung disertai dengan pembagian sembako, dan sinergi dengan beberapa komunitas pejuang ASI dalam kampanye ASI.

Dakwah ASI on The Road di Alun-Alun Sidoarjo
Dakwah ASI Blusukan dan Pembagian Sembako

Tak hanya berdakwah untuk kalangan tidak mampu, Arit juga mengampanyekan ASI di lingkungan kerjanya. Dulu kegiatan Arit dan teman-temannya memerah ASI di kantornya dilakukan di gudang, dapur, ruang rapat, mushalla, bahkan toilet. Ngomong-ngomong soal toilet, kita tidak mungkin makan dalam toilet, tetapi tempat itu terpaksa dipakai untuk memerah makanan untuk bayi. Menyedihkan, bukan?

Pada suatu saat, ada pejabat yang sangat mendukung ASI sehingga membuatkan ruang laktasi pertama di lingkungan Direktorat Jenderal Pajak (DJP) Jawa Timur I, yaitu Daru Kuswardhani, Kepala Subbag Umum di KPP Madya Surabaya tempat Arit berkerja. Di ruang laktasi itulah Arit dan teman-temannya mulai sering berkumpul memerah ASI, saling berbagi, dan memberi dukungan. Kemudian mereka menyadari pentingnya  sebuah komunitas yang bisa mewadahi dan menjadi tempat bersatunya para ibu bekerja yang ingin saling memberikan dukungan dalam berjuang memberi ASI pada anaknya meski bekerja.

Akhirnya pada hari Jumat, 24 Mei 2014, di ruang aula green room KPP Pratama Surabaya Rungkut digelar sebuah acara wisuda ASI untuk anak-anak yang sukses ASI eksklusif 6 bulan (lulus S1 ASI), S2 ASI (lulus ASI 1 tahun) dan S3 ASI (lulus ASI 2 tahun). Tak luput, seorang dokter yang juga konselor ASI diundang sebagai narasumber. Dalam acara wisuda ASI ini juga dinyatakan berdirinya Komunitas Mamaperah DJP yang tetap berusaha eksis hingga hari ini. Komunitas ini beberapa waktu sekali mengadakan edukasi gratis di lingkungan kantor tentang kehamilan dan menyusui.

Salah satu kegiatan Komunitas DJP Mamaperah

Kehidupan Arit di usia cantik tidak hanya bersinar karena pancaran transfer ilmu ASI untuk sesama. Arit juga transfer ASI untuk yang membutuhkan. Setelah melahirkan anak kedua dan ketiga, ASI Arit sangat melimpah, sehingga ia donorkan ke beberapa bayi. Per hari ini Arit memiliki 14 anak susuan, di antaranya ada yang meninggal 1 anak, 2 kembar, dan 4 anak menyusu langsung kepadanya.

Menapaki usia yang lebih matang, seharusnya kita mampu memberdayakan diri untuk semakin berprestasi. Aku sendiri salut pada Arit tentang bagaimana ia mengatur waktu di tengah jadwalnya yang padat di #UsiaCantik. Karena ia ibu bekerja, masih sempat mendidik empat anaknya, mempersiapkan kelahiran anak kelimanya, mengatur waktu memerah ASI, dan mengabdikan diri pada masyarakat. Semoga kisah sahabatku, Arit Widowati, bisa menginspirasi kita semua agar dapat memberi manfaat terhadap sesama.

Lomba blog ini diselenggarakan oleh BP Network dan disponsori oleh L’Oreal Revitalift Dermalift.

Posted on: November 21, 2016, by : li partic

10 thoughts on “Pendakwah ASI Blusukan

  1. supermom …. saluut mbak. Aku dulu sempat kepikir untuk melakukan kegiatan seperti itu. Tapi bingung memulainya. Malah rencana mau bikin minuman nutrisi penunjang ASI. hhehe … tapi belum kesampaian

  2. Pendakwah ASI, istilah baru buatku nih Mba, tapi emang perjuangan menyusui itu patut diacungi jempol. Dulu pas ngantor, sukaaa banget ikutan rumpi bareng teman2 yang lagi mompa ASI di ruang laktasi hihihi, jadi tau cerita lika liku menyusui seperti apa.
    Semoga besok pas menyusui saya bisa demikian, aamiin. Tfs Mba Li ^^

    1. Iya mbak soalnya masih jarang konselor yang mengampanyekan ASI tanpa mengharap imbalan. Selain itu, tujuan utama EdukASI nya adalah berdasarkan Alquran dan hadits, masalah manfaat lain dijelaskan kemudian. Semoga kelak sukses ngASIX yaaa ^_^

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *