Nonton Bareng Ketika Mas Gagah Pergi Surabaya
Betapa galaunya ketika melihat tawaran tiket gratis untuk mewakili komunitasku WOSCA (Woman Online Community Surabaya). Acara nonton bareng Ketika Mas Gagah Pergi ini diadakan oleh Suara Muslim Surabaya 93.8 FM. Masalahnya harinya bertepatan dengan long weekend. Emm. Walau aku gak ikutan berlibur ke tempat tertentu, rasanya kok sudah banyak agenda ya walau di rumah saja. Aku berpikir lagi. Kan, enak bisa dua-duaan nonton sama suami, secara nggak pernah nonton sambil pegangan tangan sekalipun, so sweeeet. Adanya tamu bintang filmnya juga memantapkanku tuk say yes!
Ketika Mas Gagah Pergi adalah film layar lebar yang diangkat dari novel karya Helvy Tiana Rosa. Temanya Islami. Full tentang dakwah. Ini novel jadul lho. Saya saja pernah mendengarnya waktu kecil tapi nggak pernah baca hahaha.
Oh ya apa yang kamu pikirkan tentang film islami? Membosankan? Ya, kebanyakan begitu bukan? Meski ada cinta-cintanya tetap saja yaaa gitu. Palsu. Tapi kita lihat saja nanti.
Hari H tiba. Minggu, 7 Februari 2015 pagi-pagi kusiapkan semua. Anak bayi pagi-pagi sudah kumandikan, tumben. Pagi-pagi pula ku memasak, tumben. Soalnya acaranya jam 9 pagi. Dan butuh 1-2 jam perjalanan untuk sampai di lokasi. Kalo nontonnya telat jadi nggak tahu alur ceritanya kan?
Sebelum mall buka, aku sudah sampai di sana. Meski lewat dari jam 9 sih. Cara masuknya gimana nih kan masih dikunci? Kita masuk lewat belakang, pakai lift barang. Liftnya tua deh. Nutupnya aja loadingnya lama hihihi. Dan akhirnya sampai juga di lobby bisokopnya. Aku menuju studio 1 dan menulis daftar hadir di sana. Aku pun kemudian duduk di kursi VIP. Pria di sebelah kanan. Wanita di sebelah kiri. Penonton yang nonton tetap diatur kesyar’iannya. Wah, gak jadi pacaran deh. Hiks.
Film diputar jam 09.45. Sebelumnya kita disambut oleh MC dari Suara Muslim. Ada sedikit perkenalan dengan bintangnya, Hamas Syahid, Ibundanya, dan bintang cewek yang memerankan Nadia. Kemudian Hamas mengaji sedikit ayat.
Hamas alias Mas Gagah pun berbicara tentang kesannya. Dia terharu. Menangis pula setelah membaca novelnya. Wah ini nih yang gak kusuka. Film yang yang mengharukan biasanya memang menginspirasi. Tapi jujur aku nggak suka mewek-mewekan.
Kata Ibunda Hamas, Yulyani, Ini adalah film syar’i yang menjaga. Tak ada sentuhan antar orang yang bukan mahramnya. Meski yang diceritakan adalah hubungan antara kakak dan adik, chemistry persaudaraan terap bisa terbangun tanpa sentuhan. Ya sih, kita tahu bahwa pria dan wanita nggak boleh bersentuhan. Tapi ini kan kakak adik? Di situlah komitmen yang dijaga oleh KMGP. Pernah kan nonton film islami belum jadi suami istri menjaga agar saling tak menyentuh. Tapi setelah sah jadi suami istri malah berpelukan. Pastinya penonton ada yang berpikir. Itu kan aslinya bukan mahram, kok main peluk-peluk aja? Jadi, KMGP keren banget bisa menjaga komitmen tanpa sentuhan antara wanita dan pria karena aslinya memang bukan mahram, meski ceritanya kakak beradik kandung.
Profit untuk sosial
Film ini tidak hanya mengedukasi dan menyampaikan dakwah Islam. Pihak KMGP menargetkan 1 miliar tercapai. Keuntungan sebesar itu diperuntukkan bagi kegiatan sosial, diantaranya disumbangkan untuk Palestina, teman kita yang membutuhkan terutama di wilayah Indonesia Timur, dan untuk keperluan production house dakwah sendiri yang ke depannya akan memproduksi film-film dakwah yang syar’i.
Film Ketika Mas Gagah Pergi ini tinggal 10 layar. Setelahnya, pasti tergusur oleh film-film lain yang hantu-hantuan, esek-esek, cinta-cintaan, apalagi sekarang Februari kan? Sayang banget kalau sampai tergusur. Dan, pihak KMGP menawarkan KMGP tayang di kota-kota seluruh Indonesia selama ada bioskop. Kamu mau request? Dukung, yuk!
Film yang lucu
Aku baca di media sosial, testimoni novelnya kok pada bilang mengharukan. Sampai nangis-nangis. Ternyata isinya lucuuu abis, tapi tak lupa penuh hikmah. Meski novelnya terbitan lama, skenarionya dibuat mengikuti zaman. Banyak istilah-istilah gaul di sana. Terutama dari teman Gita yang bernama Tika. Dia sering sekali bilang “leh uga”, maksudnya boleh juga.
Yang bikin lucu itu adalah tokoh-tokoh tambahan serta tokoh yang numpang lewat. Tokoh utamanya adalah pendatang baru. Tapi ternyata banyak tokoh numpang lewat yang sudah punya nama seperti Virzha, Shireen Sungkar, Ali Syakib, Irfan Hakim, dll. Menurutku film ini kocak karena tingkah keluguan orang-orang awam yang belum mengenal Islam sepenuhnya.
Dimana Nadia?
Film dimulai dari adegan Mas Gagah yang baru datang di Ternate. Dia menuju pantai bertebing dan memotretnya dari atas tebing. Keasyikan motret, akhirnya dia tidak waspada sehingga terpeleset jatuh ke laut dan tenggelam.
Kemudian flash back lah cerita semasa kecil di Jakarta. Cerita yang dinarasikan oleh Gita, adik Gagah ini menggambarkan bahwa Gita dan Gagah sangat dekat seakan-akan soulmate. Kedekatan ini bertambah hingga dewasa. Keduanya semakin kompak. Gagah menjadi model yang super sibuk, saat Gagah bekerja pun Gita ada di sana.
Sampai kemudian, Gagah mengunjungi Ternate. Di sana dia ada keperluan kuliahnya. Nah, sepulangnya dari Ternate ini Gagah berubah drastis. Menjadi tidak seru lagi menurut Gita. Hubungan kakak adik itu tampak retak. Gitanya sih baper hehehe.
Salah satu yang nggak bikin keren pada Gagah adalah masalah jenggot Gagah. Walau ini sunnah dalam Islam, tapi Gita belum mengerti. Oh ya, aku melihat Gagah yang hijrah ini juga aneh. Jenggotnya aneh. Palsu! Hahaha. Apa karena totalitas untuk menumbuhkan jenggot tidak sempat karena kejar jadwal tayang? Atau memang nggak tumbuh? Entahlah.
Suatu ketika Gagah dan teman-teman rohisnya berpapasan dengan sekumpulan temannya yang dulu. Mereka sedang bernyanyi-nyanyi lagunya Virzha. Padahal Virzhanya sendiri ada di belakang mereka. Di antaranya ada Joshua. Joshua menegur, “Ih, kok sekarang jenggotan? Kayak itu yang bunyi mbeeeeek. Mending kumisan kayak kucing. Meong.. meong.”
Gagah tak sakit hati, dan menjawabnya seraya bercanda, “Kalau nggak punya jenggot nggak punya kumis kayak apa?”
Virzha yang berperan sebagai orang asing di belakang mereka kemudian nyeletuk menjawab dengan menirukan suara hewan, “Guk guk guk… Auuuu.”
Lucu deh aslinya hehehe.
Sebelum film dimulai tadi di depan layar ada Mas Gagah dan Nadia diwawancarai. Film sudah berlangsung 1 jam nih. Dimana nama Nadia kok nggak muncul-muncul?
Sampai akhirnya menjelang akhir film disebutlah nama Nadia. Nadia disebut-sebut oleh Tika. Ceritanya Tika mendadak berhijab terinspirasi oleh saudaranya: Nadia. Walau tinggal di Amerika, Nadia juga memutuskan berhijab.
Inilah puncak alur cerita. Beberapa waktu kemudian ada scene-scene yang bikin emosi. Penonton dibuat penasaran bagaimana kelanjutannya. Eh, tiba-tiba kembali ke Mas Gagah tenggelam di Ternate. Kemudian tampillah cuplikan-cuplikan KMGP 2. Bersambung saudara-saudara!
Jadi, kalau penasaran sama kelanjutan cerita, dan peran Nadia seperti apa, nantikan KMGP 2 ya. Nggak sabar. Kapan tayang ya?
Film selesai, begitu keluar studio, langsung nemu semacam press conference berikut ini. Kepenuhan orang, aku foto-foto bentar. Dan, aku pun juga tak kalah pengen foto juga. Bukan foto sama bintangnya, tapi foto sendiri sama Keikei. Tapi di luar ya, karena area bioskop remang-remang, ntar hasilnya jelek. Hihihi.
Posted on: February 11, 2016, by : li partic
Sukaaa deh reviewnya nalir dan beda dari yang lain.
hiks aku nggak nonton film ini, kayaknya dulu pernah baca pas saat kuliah, tapi kok seingatku cerpen, ternyata novel yaa…hihihi
Menanti KMGP 2-nya, nih