Hati-Hati! Anak Bisa Menjadi Musuh Bagi Orang Tua, Ini Solusinya.

Seorang ibu tidak akan menduga sedikitpun bahwa anak yang pernah tinggal dalam kandungannya selama 9 bulan, diberi ASI 2 tahun, kelak saat dewasa akan menjadi sumber kematiannya. Ayat Allah menggambarkan hal itu. Di sisi lain anak bisa berpotensi menjadi fitnah baginya, tapi juga bisa menyenangkan hari orang tuanya. Mari mengenali jenis-jenis posisi anak dalam keluarga.

Anak menjadi Musuh

Ayat dalam Alquran surat At-Taghabun : 14 menjelaskan bahwa anak bisa menjadi musuh dalam keluarga. Hal ini berarti anak bisa menyusahkan orang tua, atau bahkan menjerumuskan orang tuanya ke dalam kemaksiatan.
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا إِنَّ مِنْ أَزْوَاجِكُمْ وَأَوْلادِكُمْ عَدُوًّا لَكُمْ فَاحْذَرُوهُمْ وَإِنْ تَعْفُوا وَتَصْفَحُوا وَتَغْفِرُوا فَإِنَّ اللَّهَ غَفُورٌ رَحِيمٌ      (١٤)
Wahai orang-orang yang beriman! Sesungguhnya di antara istri-istrimu dan anak-anakmu ada yang menjadi musuh bagimu, maka berhati-hatilah kamu terhadap mereka dan jika kamu memaafkan dan kamu santuni serta mengampuni (mereka), maka sungguh, Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.

Anak sebagai Fitnah dan Ujian

“Ketahuilah bahwa harta dan anak-anak kamu itu merupakan ujian, dan bahwa di sisi Allah terdapat pahala yang besar.” [Al-Anfal: 28]

Anak sebagai Perhiasan

“Harta dan anak-anak itu adalah hiasan kehidupan dunia, sedangkan Al-Baqiyat Ash-shalihat (segala amalan baik yang akan terabadikan) adalah lebih baik di sisi Allah dari segi pahalanya dan lebih baik dari segi harapannya.” [Al-Kahfi:46]

Anak sebagai Qurota’ayyun

“Dan orang-orang yang berkata: ‘Ya Tuhan kami, anugerahkanlah kepada kami pasangan kami dan keturunan kami sebagai penyenang hati (kami) dan jadikanlah kami pemimpin bagi orang-orang yang bertakwa’.” [Al-Furqon: 74]
Tentu anak yang seperti inilah yang menjadi impian orang tuanya. Untuk membentuk anak shalih butuh perjuangan dan pengorbanan. Yang perlu dikuatkan pertama kali adalah cita-cita. Anak durhaka atau anak shalih itu bermula dari memilih pasangan. Sebaiknya kita mulai dari memilih pasangan yang shalih sebelum memutuskan berumah tangga.
Cita-cita yang kuat harus diwijudkan dalam bentuk:
  • Doa. Doa yang menuju cita-cita. Kadang ada orang yang saking inginnya keinginannya terkabul menggunakan anak yatim untuk mendoakan, karena doanya makbul. Lihatlah perjalanan Nabi Ibrahim yang tidak pernah sepi dari doa. Sudah kuatkah doa kita?
  • Usaha. Usaha yang kuat akan menghasilkan keinginan yang terkabul. Khususnya mencetak anak yang shalih dalam hal ini.

Doa

Pernahkahkita melihat atau merasa anak kita nakalnya minta ampun? Jika punya anak nakal, maka jangan lihat dari betapa nakalnya anak. Lihatlah dari kekuasaan Allah. Kalau diukur, nakalnya anak kita parah mana dengan kejahatan Umar bin Khattab sebelum memeluk Islam?

Saking bencinya dengan Islam, Umar tidak mau masuk Islam sebelum keledainya masuk Islam. Budaknya yang Islam ia siksa, bahkan ia berniat membunuh Rasulullah. Saat kebenciannya memuncak, Rasulullah berdoa.

Pada suatu hari, Umar berniat membunuh Nabi Muhammad. Ia pun bergegas mencari Rasulullah. Di tangannya sebilah pedang tajam dihunus. Tujuannya adalah Darul Aqram di Safa. Kabarnya Nabi Muhammad beserta sahabatnya berada di sana.
Namun, Umar berselisih jalan dengan Nu’aim bin Abdullah. Nu’aim bertanya, “Mau kemana?”
Umar menjawab, “Aku sedang mencari Muhammad. Dia menghina ajaran leluhur kita. Ia memecah belah masyarakat Quraisy. Aku akan membunuhnya!”
Kamu menipu dirimu sendiri, Umar! Lebih baik kamu pulang saja. Uruslah dulu keluargamu. Luruskanlah mereka!” ucap Nu’aim. “ Keluargaku yang mana maksudmu?” sergah Umar.
“Adikmu Fatimah binti Khattab masuk Islam. Begitu pula suaminya, Sa’id bin Zaid,”terang Nu’aim. Wajah Umar merah karena malu. Dia pergi membelokkan langkah. Tujuannya bukan lagi membunuh Rasulullah.
Umar menuju rumah adiknya. Ternyata saudarinya sedang membaca ayat Al-Qur’an. Adiknya menyembunyikan tulisab ayat. Sebab Umar sudah berdiri marah di depan pintu.
“Aku sudah mendengar kabar itu. Ternyata kalian mengikuti agama Muhammad!” damprat Umar. Lalu Umar menghantam Said. Adiknya berusaha melindungi suaminya. Tapi dia juga kena pukulan. Mulut adik perempuannya berdarah.
Adik perempuan Umar balik marah, “ Ya, kami sudah masuk Islam. Kami beriman pada Allah dan Rasul. Sekarang perbuatlah apa maumu!”
Timbullah rasa kasihan dalam diri Umar. Marahnya pun hilang. Kemudian ia meminta bacaan yang disembunyikan adiknya. Umar membaca tulisan ayat Surat Thaha. Dia menjadi sangat terguncang dan sadar.
Saat itu juga, Umar mencari Rasulullah. Umar mengetuk pintu rumah. Seorang sahabat cemas, “Wahai Rasul! Umar datang membawa pedang!”
“Izinkan dia masuk!” seru Nabi Muhammad.
Umar berkata dengan haru, “Rasulullah! Aku datang menyatakan beriman pada Allah dan Rasul.” Rasulullah beserta para sahabat bertakbir gembira. Sejak itu Umar menjadi muslim yang taat. Dia setia melindungi agama Islam.
Umar masuk Islam pada tahun keenam kenabian. Saat itu ia berusia 27 tahun.

Masih bersyukur anak kita tidak lebih jahat dari Umar bin Khattab sebelum masuk Islam. Maka berdoalah pada Allah, karena Dialah yang membolak-balikkan hati manusia.

Kapan waktu yang tepat untuk berdoa? Ambillah waktu-waktu yang mustajab dan istimewa. Misalnya di sepertiga malam, antara adzan dan iqomah.

Usaha

Ada beberapa usaha yang bisa kita lakukan untuk tercapainya anak ke jannah.

  1. Ilmu. Ilmu  adalah metode merubah jiwa, karakter, dan sifat.
  2. Teladan. Jadilah teladan bagi anak. Disiplinkan dulu kita untuk mencetak anak yang disiplin.
  3. Lingkungan anak. Orang tua harus melibatkan anak. Anak menjadi malas karena tidak mengerti suatu pekerjaan itu merupakan tanggung jawab anak. Misalnya kita harus mengajak atau membiarkan anak mencuci piringnya sendiri. Jangan khawatir basah, jangan khawatir pecah, sehingga lama-lama ia akan mengerti tanggung jawabnya apa yang harus dilakukan setelah selesai makan. Anak yang malas cuci piring bukankah karena kita larang?
  4. Komunikasi. Jalinlah komunikasi yang baik dengan anak. Ketika anak melakukan hal yang tidak baik, jangan tegur dengan amarah, sindiran, ajaklah ia bicara, bagaimana ia harus sikapi, beri tahu yang benar bagaimana.
Posted on: August 23, 2016, by : li partic

4 thoughts on “Hati-Hati! Anak Bisa Menjadi Musuh Bagi Orang Tua, Ini Solusinya.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *