Batasi Anak Aktif Dari Penggunaan Gawai, Ajak Si Kecil Bermain di Funtopia
Ketika berberes rumah, saya menemukan daftar tulisan di secarik kertas. Pengennya saya buang, karena memang terlihat tidak begitu penting. Kertas lusuh, bertuliskan tulisan khas anak-anak yang baru bisa menulis. Alih-alih saya buang, saya malah langsung mengabadikannya dengan memotretnya.
Lucu! Tersenyum geli sendiri melihat kertas itu. Kertas itu milik anak kelas 1 SD. Ia berisikan daftar judul-judul dalam bahasa Inggris. Sepertinya nama-nama game. Melihatnya punya akal untuk terorganisir itu bangga. Ia punya rencana ke depan. Pasti itu adalah daftar yang akan didownload setelah melihat ulasannya di Youtube. Tapi di sisi lain, ada kekhawatiran ia akan kecanduan. Bagaimanapun berlama-lama dengan gadget banyak bahayanya.
Inilah sederet ancaman dari perangkat yang bernama gawai
Mengganggu pertumbuhan otak anak
Pada anak yang usianya 0-2 tahun, pertumbuhan otak anak sangat cepat, hingga umur 21 tahun. Jika anak berlama-lama dengan gawai dengan otak yang sedang berkembang itu, bisa mengakibatkan keterlambatan kognitif, gangguan dalam proses belajar, tantrum, bahkan tidak bisa mandiri.
Tumbuh kembang menjadi lambat
Kalau sudah pegang gawai, anak pasti akan terbatasi gerak fisiknya, sehingga tumbuh kembang fisiknya menjadi lambat.
Obesitas
Ini masih berkaitan dengan terbatasnya gerak fisik akibat penggunaan gawai. Menurut hasil penilitian, alat elektronik yang ada di kamar anak dan bisa dipakai secara pribadi dapat meningkatkan risiko pbesitas sebesar 30%. Sedangkan 30% dari anak obesitas ini nantinya akan mengalami diabetes, stroke, hingga serangan jantung.
Kurang tidur
Penelitian yang diterbitkan dalam jurnal Global Pediatric Health menunjukkan bahwa penggunaan perangkat teknologi selama berjam-jam berpotensi mengganggu kualitas tidur dan nutrisi anak. Karena menggunakan gawai seenaknya sendiri tanpa pengawasan orang tua, 75% anak 9-10 tahun kurang jam tidurnya. Padahal, waktu tidur itu penting untuk perkembangan otaknya.
Kelainan mental
Menurut penelitian di Bristol University tahun 2010, bahaya penggunaan gawai pada anak dapat meningkatkan risiko depresi, gangguan kecemasan, kurang fokus, autisme, gangguan bipolar, psikosis, dan perilaku aneh lainnya.
Sifat agresif
Konten pada gawai yang diakses tanpa pengawasan bisa jadi meningkatkan sifat agresif anak. Misalnya kekerasan fisik, seksual, atau suka menyakiti orang lain.
Kecanduan
Orang tua yang selalu menggantungkan pada teknologi, otomatis akan menjauhi anak. Si anak jadinya mengisi kekosongan ikatan dengan orang tua dengan mencari hiburan di gawai. Lama-lama ia tidak bisa lepas dari gawainya.
Pikun Digital
Konten media seperti video itu terlalu cepat bagi anak. Akibatnya, anak memiliki perhatian yang pendek. Ia menjadi tidak fokus ke satu hal, dan sering berganti fokus. Hal ini menjadikan anak susah konsentrasi ke satu hal. Fenomena ini disebut pikun digital, akibatnya jadi sulit belajar.
Radiasi Emisi
Pada Mei 2011, WHO memasukkan ponsel dan gawai nirkabel lainnyake dalam kategori risiko 2B (penyebab kemungkinan kanker). Hal ini karena radiasi emisi yang dikeluarkan oleh perangkat tersebut.
Sebenarnya anak-anak saya termasuk anak yang aktif. Tidak bisa duduk diam. Sukanya loncat-loncat di kasur, berlarian kalau ketemu tempat yang lapang, muter-muter, main pasir, main batu, dll. Hanya gawailah yang mampu mendiamkannya. Bisa dikatakan, gawai adalah empeng moderen. Jika ada di suatu acara penting, demi terciptanya suasana kondusif, tak jarang saya memberi ‘empeng’ itu agar tak berisik.
Memang teknologi tak sepenuhnya salah. Toh, anak saya tanpa saya ajari, mereka bisa tahu angka, abjad, dan macam-macam warna dari guru digitalnya: Youtube. Teknnologi sudah tidak bisa dipisahkan 100% dari anak. Kalau dijauhkan 100% nanti dia jadi gaptek.
Hasil Riset UNICEF bersama Kementerian Komunikasi dan Informatika tahun 2014 lalu menunjukkan bahwa 30 juta anak dan remaja Indonesia sudah menggunakan internet secara intens, hingga lima jam sehari. Nah, lamanya pegang gawai itu loh yang mengenaskan. Soalnya, saya ingat perkataan Tascha Liudmila, penulis buku Screen Time. Ia mengatakan bahwa bagaimanapun, orang tua perlu menetapkan batasan yang konsisten terhadap penggunaan perangkat digital oleh anak dan menggantikannya dengan aktivitas bersama keluarga. Selayaknya perkembangan fisik dan kepribadian anak, perkembangan kreativitas terkait erat dengan pola asuh. Artinya peran orangtua sangat penting dan usia prasekolah merupakan rentang usia yang tepat untuk mengembangkan kreativitas mereka.
Hal yang saya garis bawahi adalah membatasi interaksi anak dengan gawai. Kita bisa menggantinya dengan kegiatan bersama. Yang melibatkan interaksi sosial antara orang tua dan anak. Apalagi untuk anak aktif, pas sekali kalau kemampuan motorik kasarnya semakin diasah. Nah, kebetulan banget di Surabaya kedatangan Funtopia Balloon Park. Itu tuh, yang sebelum-sebelumnya sudah ramai dibicarakan di sosmed dan bikin mupeng.
Funtopia Balloon Park
Funtopia Balloon Park ini adalah Taman Balon Pertama dan Terbesar di Indonesia. Aktivitas rekreasi ini merupakan kolaborasi antara Beyond Screen Production dan Traveloka. Di Surabaya pertama dibuka pada 3 November 2018. Setiap hari Sabtu dan Minggu akan ada terus sampai terakhir tanggal 2 Desember 2018 di Peninsula Bukit Darmo Golf, Surabaya.
Mia Lukmanto, CEO dan Founder Beyond Screen Production, menyatakan bahwa Beyond Screen Production berkomitmen membawa ragam alternatif hiburan yang menyenangkan untuk anak, yang sekaligus bisa menjadi sarana stimulasi untuk mengasah hobi, keterampilan dan kreativitas mereka. Sukses dengan Little Chef Wonder tahun 2015 lalu, sebuah wadah yang mengasah bakat masak si kecil, kini Beyond Screen Production bersama dengan Traveloka, menghadirkan Funtopia.
Menurut Christian Suwarna, Senior Vice President Business Development Traveloka, arena permainan outdoor dengan ragam hiburan yang bisa dinikmati seluruh keluarga sepanjang hari merupakan sebuah konsep yang langka untuk kehidupan perkotaan saat ini. Funtopialah yang menjawab kebutuhan permainan outdoor itu, karena ideal untuk anak-anak mulai usia 2 tahun keatas sampai orang dewasa.
Kabarnya, 20.000 keluarga di Jakarta bulan Agustus dan 10.000 keluarga di Bandung bulan September 2018 yang lalu terhibur dengan adanya Funtopia ini. Saya mupeng dong. Secara puluhan ribu keluarga puas datang ke Funtopia. Akhirnya, saya mencicipi serunya Funtopia Balloon Park Surabaya sabtu lalu.
8 Wahana Balon Raksasa Funtopia
Setelah mendapat gelang tiket di pintu gerbang Funtopia, kami langsung menuju parkiran. Sampai sana kira-kira setengah empat sore. Anak-anak tertidur di mobil dan susah dibangunkan. Tapi di antara setengah sadar dan tidaknya, mata-mata mereka yang masih kriyep-kriyep langsung berbinar melihat balon-balon raksasa. Balon-balon itu bernama:
- Caterpilar Cave
- Mighty Mushroom
- Traveloka Track
- Bunny Boo
- Candy Cane
- Crown Castle
- Mystery Maze
- Old Octopus
Spontan, anak-anak berlari ke lapangan menuju Traveloka Track. Katanya seperti trampolin yang ada di mall seberang. Ada mandi bolanya, ada perosotannya, juga ada balok-balok busa. Bagaikan kelinci yang melompat-lompat, si kecil kemudian berakhir terjun ke kolam bola. Begitu terus bolak-balik. Sementara kakaknya iseng banget naik dari bidang perosotan dan meluncur di antara tangga-tangga.
Setelah puas bermain di sini, anak-anak berpindah ke wahana seberangnya, yaitu: Mighty Mushroom. Sesuai namanya, wahana ini berbentuk seperti jamur. Ada jamur kecil-kecil di seputar wahana, dan ditandai jamur raksasa di tengah wahana.
Awalnya, Kei takut memasukinya. Saya suruh ia mencari kakaknya yang sudah duluan masuk. Maklum, kakaknya menghilang di tengah-tengah jamur. Dibujuk seperti apapun, Kei tetap tak bergeming untuk memasuki jejamuran. Akhirnya, kakanya pun tampak. Ia memanjat si jamur raksasa. Sudah mencapai ketinggian yang cukup baginya, si kakak berhenti dan berkhayal sebagai tank yang menyemburkan peluru-pelurunya.
Karena Kei si adik takut, kami tak terlalu lama di sini. Kami pun berpindah ke wahana sebelah: Candy Cane.
Aqiif, sang kakak, bergegas masuk ke area Candy Cane. Ia berlari sekuat tenaga, seakan-akan ada yang mengejarnya. Berputar mengitari tongkat-tongkat permen tak henti-henti. Setelah ditanya, ternyata ia sedang berlari bersama Sonic. Hahaha. Ada-ada saja.
Sementara si adik menggunakan kecepatan lari yang biasa-biasa saja. Sesekali ia melompat-lompat.
Puas berputar-putar di Candy Cane, sekarang kami beralih ke Crown Castle. Wahana ini berbentuk kastil dengan banyak jendela.
Aqiif tertarik menelusuri setiap bagian-bagiannya. Misalnya bersembunyi di balik jendela, atau berkejaran dengan anak-anak lain. Sedangkan Kei tidak tertarik bergabung dengan anak lainnya. Ia lebih memilih untuk melangkah dengan langkah yang besar-besar, mengikuti motif lantai kastil.
“Bunda, itu piggy ya?”
“Bukan, itu kelinci. Bunny. Tuh ada keterangannya, Bunny Boo. Kamu mau main di sini?”
Aqiif pun menggeleng. Ya sih, tak ada anak yang bermain di sini. Cocoknya dibuat foto-foto saja.
“Wow, it’s Kraken, Bunda!” teriak Aqiif antusias.
“No, it is octopus.”
Nama wahana yang ia tunjuk adalah Old Octopus. Aqiif menyebut Kraken karena asalnya ia habis nonton Hotel Transylvania. Ada Krakennya. Kraken itu semacam monster octopus yang sangat besar, seperti raksasa. Bisa memusnahkan kapal-kapal. Padahal sebelumnya, jika dia lihat gurita, ia hanya menyebutnya dengan octopus.
Kami cukup lama di sini. Karena di sinilah wahana yang paling menarik. Di dalam Old Octopus ada perosotan, terowongan, dan aktivitas memanjat yang nggak semenyeramkan jamur raksasa. Karena bagi anak yang pendek (seumuran Kei 3-4 tahun) jamur raksasa itu terlalu tinggi. Di lantainya juga banyak bola-bola plastik berserakan. Si kecil bisa bermain tangkap-lempar.
Saatnya berpindah, nih. Kali ini kami ke Caterpillar Cave. Anak-anak harus menyusuri gua yang sejatinya adalah badan ulat. Anak-anak masuk lewat bagian ekor, merangkak terus ke atas. Dan akhirnya meluncur keluar melalui mulut ulat.
Sebenarnya orang dewasa bisa masuk juga. Tetapi, saya malas juga dalam keadaan hamil besar begini harus merangkak-rangkak. Jadinya saya menunggu dua anak tadi keluar. Yang keluar duluan si kakak. Adiknya cukup lama. Aduh, semoga nggak apa-apa ya di dalam. Iya, untungnya nggak apa-apa. Dia keluar dengan selamat. Yang harus hati-hati di sini saat meluncur, kadang anak satu dengan yang lain saling tindih.
Tibalah kami di Mystery Maze! Intinya adalah kita disuruh mencari jalan keluar, karena dalam Mystery Maze terdapat labirin-labirin. Aqiif bersikeras membawa sandal di tangannya.
“Nggak mau taruh. Nanti ada exitnya. Rumput-rumput kayak gini, nanti kan kotor.”
Hahaha, ya sudahlah. Berarti dia sudah duluan sampai dong?
Inilah wahana terakhir yang kita susuri. Kami semua kelelahan. Saatnya pergi dari sini.
Eits.. masih ada booth Traveloka yang belum dikunjungi. Yang satu ini jangan dilewatkan, karena akan menawarkan hadiah-hadiah lewat lucky drawnya. Pastikan dalam ponsel kita sudah terinstal aplikasi Traveloka. Nanti ada mbak SPG yang memandu. Cara mainnya gampang, tinggal sentuh layar tab, dan lucky wheel akan berputar. Aqiif kegirangan, waktu itu dapat voucher makan Rp. 50.000 yang bisa dibelanjakan di area food garden.
Tips Bermain di Funtopia
- Belilah tiket melalui Traveloka. Kunjungi www.traveloka.com. Harga di sana biasanya lebih murah. Per 3 November sudah tidak ada harga early bird. Harga untuk anak-anak adalah Rp.80.000. Jika pesan tiket lewat Traveloka, biasanya dapat harga diskon. Dan masih bisa ditambah lagi diskonnya jika ada promo Traveloka Aktivitas & Rekreasi.
- Datanglah pagi hari atau sekalian sore hari. Karena kalau siang bakal panas banget. Saya sendiri memilih sore. Kita pun bisa bermain sepuasnya sampai malam.
- Siapkan baju ganti, siapa tahu si kecil berkeringat sehingga bajunya menjadi basah.
- Sediakan kaos kaki. Kaos kaki adalah hal yang wajib dipakai di area permainan.
- Bawa minum minimal 4 botol kemasan 600 ml. Jika kehabisan, bisa beli lagi di Food Garden.
- Jika perlu sedia topi dan payung untuk menghalau panas maupun hujan.
- Toilet sudah tersedia di lokasi.
- Tempat shalat juga tersedia, namun tempatnya agak jauh di luar blok. Tapi jangan khawatir, ada shuttle yang siap mengantar kita.
Kesimpulan: Manfaat Bermain di Funtopia
Funtopia Balloon Park benar-benar mengharuskan si kecil menggerakkan otot-otot besar pada tubuhnya. Ia pasti akan berkeringat dan jantungnya berdenyut lebih cepat. Sehingga banyak manfaat yang diperoleh jika bermain di sini, yaitu:
Mengasah Kemampuan Motorik
Banyak kemampuan motorik kasar yang bisa diasah seperti berlari, melompat, memanjat, dan menyeimbangkan tubuhnya. Aktivitas melempar dan menangkap bola dapat membuat koordinasi mata dan tangannya semakin terlatih.
Menyehatkan Tubuh
Beraktivitas di Funtopia membuat anak aktif, sehingga dapat memperkuat tulang dan otot, mengurangi risiko obesitas serta penyakit kardiovaskular.
Merangsang Perkembangan Sosial Emosional dan Kognitif.
Keterampilan ini misalnya meningkatkan rasa bahagia dan percaya diri, mencegah stres dan kecemasan, serta melatih kemampuan bekerja sama dan berinteraksi dengan orang lain.
Begitulah pengalaman saya dan si kecil berekreasi keluarga di Funtopia Balloon Park. Lumayan banget menggantikan aktivitas bergawai si kecil. Semoga menginspirasi ya. Dan semoga tergiur juga untuk merasakan serunya Funtopia!
FUNTOPIA Balloon Park 03 November – 02 Desember 2018
Setiap Sabtu dan Minggu.
Jam Operasional : 07.00-22.00 WIB
Lokasi: Peninsula Bukit Darmo Golf Surabaya
Emang ya mending anak capek main di outdoor yang dapat melatih motoriknya dan sosialisasinya daripada diem di rumah main gadget
Aihh anakku juga seneng banget waktu ke funtopia, deket rumah belum lama ini ada juga. Seruuu banget ya.
Inspiratif mbak….gadget dan alat elektronik lainnya meski memudahkan mobilitas kita disisi lain berdampak buruk bagi tumbuh kembang anak… terimakasih sharingnya mbak