Month: April 2021

Pentingnya Kombinasi Unik Zat Besi dan Vitamin C Bagi Anak yang Tidak Cocok Susu Sapi Agar Tumbuh Maksimal

Menghadapi kenyataan anak saya yang susah bertambah beratnya sejak umur 6 bulan, saya merasa sedih. Bayangkan. Di usianya kini yang sudah 2 tahun beratnya masih saja 8 kg. Saya memang enggan memeriksakannya ke dokter. Waktu itu saya menganggap tidak akan bawa perubahan banyak. Toh, makannya susah. Kalaupun sering diberi makan pasti makanannya terbuang. Saya juga eman-eman kalau sudah membuatkan Raudya makanan sesuai porsi seusianya selalu terbuang. Jadi saya beri ia makan seadanya dan dalam porsi kecil. Seringnya hanya nasi, telur, kecap. Jarang sekali MPASI yang 4 bintang itu. Walau demikian, saya masih merasa aman saja selama dia mau ASI.
 
Sampai suatu ketika, banyak kerabat yang berkata menyakitkan terus-menerus setiap bertemu saya.
“Kok, anakmu kurus banget sih? Gak dikasih makan ya? Sini aku yang rawat aja.”
 
Dari situ saya berinisiatif untuk menaikkan berat badannya dengan tambahan susu sapi. Siapa tahu berat badannya cepat naik. Tapi kenyataan tidak sesuai harapan. Raudya selalu muncul ruam merah. Dia sering garuk-garuk badannya. Awalnya, saya biarkan karena saya pikir itu biang keringat. Karena tak kunjung sembuh, saya memeriksakannya ke dokter.
Ruam merah di kulit Raudya
Dokter mencurigai adanya alergi susu sapi setelah saya menceritakan kebiasaan makan Raudya. Dan mengenai berat badan yang susah bertambah itu, dokter menyarankan untuk periksa darah apakah mungkin terjadi anemia. Karena beliau melihat tanda-tanda kelopak mata yang pucat, kebiasaan tidak nafsu makan, dan gerak-gerik yang tidak enerjik.
 
Sungguh terkejut saya melihat hasil periksa darah Raudya. Kadar hemoglobinnya 8,3. Itu artinya memang di bawah normal. Fix, Raudya mengalami anemia defisiensi zat besi.
 
Sepulang dari dokter, saya menerka-nerka mengapa bisa sampai begitu karena dokter tidak menjelaskan lebih lanjut. Beliau hanya memberi suplementasi zat besi tanpa banyak penjelasan lain tentang anemia.
 
Mungkin saja itu terjadi karena waktu saya hamil dulu mengalami anemia. Ketahuannya seminggu sebelum hari Raudya lahir. Saya minum suplemen penambah darah selama seminggu sampai Raudya lahir. Setelah melahirkan, konsumsi suplemen tidak saya lanjutkan. Di masa menyusui bisa jadi saya masih anemia. Saya tidak tahu karena tidak pernah periksa darah lagi. Juga tidak pernah cek tumbuh kembang Raudya ke dokter. Ibu menyusui yang anemia bisa jadi kandungan ASI-nya kurang mencukupi zat besi. Apalagi setelah masa MPASI, kebutuhan nutrisi terus meningkat sementara yang masuk tetap-tetap saja. ASI tidak mengenyangkan bayi, makanannya juga belum memenuhi gizi seimbang.
 
Sampai sekarang, saya masih berjuang untuk menaikkan berat badannya, mengatasi anemianya, sambil menghindarkan Raudya dari susu sapi yang ternyata merugikan kesehatannya.
 
Beruntung saya mengikuti webinar “Pentingnya Kombinasi Unik Zat Besi dan Vitmain C untuk Dukung Si Kecil yang Tidak Cocok Susu Sapi Tumbuh Maksimal” yang diadakan oleh Sarihusada pada hari Rabu, 31 Maret 2021. Melalui webinar yang termasuk dalam rangkaian Festival Soya Generasi Maju ini, saya sangat tercerahkan.
 
Ternyata anak yang tidak cocok susu sapi juga memiliki risiko untuk kekurangan zat besi. Dari webinar ini saya memahami langkah-langkah apa yang harus saya perbuat untuk kesehatan Raudya. Saya akan share ilmunya di sini, ya!

Pentingnya Pemenuhan Zat Besi dan Vitamin C untuk Tumbuh Kembang Si Kecil

Masalah anemia pada anak di bawah 5 tahun masih menjadi masalah yang besar di Indonesia. Anemia adalah kondisi di mana tubuh kekurangan sel darah merah. Sebanyak 1 dari 3 anak Indonesia berusia di bawah 5 tahun berisiko mengalami anemia. Sebesar 50-60% di antaranya kasus anemianya disebabkan karena defisiensi zat besi. Dari tahun ke tahun masalah anemia pada balita ini bukannya menurun tapi malah meningkat. Berdasarkan data Riskesdas di tahun 2007 dan 2013 anemia pada anak bawah 5 tahun masih di bawah 30% lalu malah melonjak di atas 35% pada tahun 2018.

Bagaimana kejadian anemia di masa pandemi Covid-19 seperti sekarang ini? Di masa pandemi banyak orang yang berhemat bahkan banyak kehilangan pekerjaan, sehingga untuk memenuhi kebutuhan makan saja pasti seadanya. Akan banyak orang tua yang terkendala untuk memenuhi gizi seimbang bagi keluarganya. Hal inilah yang diteliti oleh Prof. Tati. Beliau mengadakan penelitian di daerah kumuh perkotaan Jakarta Timur. Dari situlah ditemukan hampir 80% penghasilan keluarga jumlahnya kurang dari upah minimum regional DKI, hampir 50% anak kurang zat besi, dan lebih dari 40%-nya mengalami anemia. Salah satu penyebabnya adalah karena anak-anak tersebut tidak mengonsumsi susu sapi.

Kalau sudah diketahui seperti itu faktanya, apakah anemia ini berbahaya? Oleh karena itu, yuk mengenal lebih jauh masalah anemia ini dan pentingnya zat besi dari Prof. Dr. dr. Saptawati Bardosono, M.Sc atau yang akrab disapa Prof. Tati.

Peran Penting Zat Besi

Zat besi memiliki peran penting dalam tumbuh kembang si kecil. Zat besi memiliki fungsi untuk perkembangan otak dan pertumbuhan fisik serta energi si kecil. 

Perkembangan Otak

Zat besi berperan dalam pembentukan selaput saraf yang disebut mielinisasi. Selaput saraf ini membantu proses penerimaan informasi pada otak sehingga informasi dapat diserap efisien. Hal ini akan meningkatkan proses belajar pada si kecil.

Pertumbuhan Fisik dan Energi

Zat besi adalah zat pembentuk hemoglobin. Hemoglobin tentu penting sekali dalam tubuh karena ada di dalam darah. Hemoglobin membawa oksigen ke sel-sel tubuh agar berfungsi optimal. Jika sel, organ berfungsi optimal maka anak akan aktif bereksplorasi dan siap belajar.

Gejala Kekurangan Zat Besi

Melihat betapa pentingnya zat besi untuk tumbuh kembang si kecil, apakah ada tanda tertentu agar kita bisa waspada dan bisa segera melakukan penanganan yang tepat? Ya, tentu saja, kekurangan zat besi menunjukkan gejala tertentu. Gejala kekurangan zat besi ini terbagi menjadi gejala ringan-sedang dan gejala berat.

  • Gejala Ringan-Sedang. Pada gejala ringan-sedang anak akan mudah lelah, terjadi gangguan kognitif atau susah memahami instruksi (tulalit), dan tidak bertenaga sehingga malas bermain. Jika dibiarkan dan berlangsung terus-menerus akan berlanjut ke gejala berat.
  • Gejala Berat. Gejala berat biasanya berupa tidak nafsu makan, kebiasaan mengonsumsi yang bukan makanan atau yang disebut PICA. Contoh PICA misalnya kebiasaan mengunyah es batu. Gejala yang paling berat adalah terjadinya anemia defisiensi besi.

Dampak Kekurangan Zat Besi Jangka Panjang

Adapun jika kekurangan zat besi berlangsung terus menerus akan memberi dampak dalam jangka panjang, yaitu:

  • Prestasi akademik rendah
  • Gangguan permanen pada sistem motorik dan sensorik (gerak dan rasa).
  • Imunitas menurun, sehingga mudah terserang penyakit.
  • Pertumbuhan fisik akan terhambat, karena oksigen yang dihantarkan ke sel juga berkurang.

Cara mengoptimalkan pemenuhan kebutuhan zat besi

Kalau sudah tahu dampak buruk kekurangan zat gizi, bagaimana ya caranya agar si kecil terpenuhi zat besinya? Karena kenyang saja belum tentu gizinya terpenuhi, lho. Nah, agar kebutuhan zat besi si kecil terpenuhi secara optimal, ada hal-hal yang perlu kita ketahui, yaitu:

1. Memahami kebutuhan harian zat besi pada anak

Untuk mengoptimalkan pemenuhan kebutuhan zat besi, pertama kita harus mengetahui dan memahami kebutuhan harian zat besi pada anak. Pada anak usia 1-3 tahun membutuhkan zat besi sebesar 7 mg/hari. Sedangkan anak yang berusia 3-5 tahun 10 mg/hari.

2. Mengonsumsi makanan tinggi zat besi

Makanan yang mengandung zat besi dibedakan menjadi heme dan non heme. Makanan zat besi heme lebih mudah diserap oleh tubuh. Contohnya adalah daging, hati, ikan, dan tiram. Sedangkan makanan yang mengandung zat besi non heme kurang mudah diserap tubuh. Biasanya makanan zat besi non heme berasal dari nabati seperti kacang merah, bayam, nasi putih, kacang-kacangan, sayuran hijau, tomat, kentang, dan susu yang difortifikasi dengan zat besi.

3. Mengetahui serta memahami makanan yang dapat meningkatkan dan menghambat penyerapan zat besi

Kita bisa lebih memilih makanan yang mengandung zat besi heme karena sebagaimana dijelaskan sebelumnya, makanan zat besi heme itu mudah diserap tubuh. Penyerapan zat besi heme lebih tinggi 2-3 kali daripada zat besi non heme yang berasal dari nabati. Hal ini karena pada nabati mengandung penghambat penyerapan zat besi. Zat penghambat tersebut misalnya asam fitat yang banyak terkandung dalam serealia, beras merah, dan sayur-sayuran.

Kita juga sebaiknya menghindarkan si kecil dari kebiasaan minum teh karena teh mengandung poliphenol yang menghambat penyerapan zat besi. Masih ada banyak zat lain yang dapat menghambat penyerapan zat besi. Contohnya kopi, cokelat, antasid, oregano, dan kalsium dari susu. Jika dirasa makanan tersebut dibutuhkan, semisal susu, hendaknya tidak dikonsumsi bersamaan dengan makanan.

Selain mengetahui jenis makanan yaitu zat besi heme dan non heme, makanan penghambat penyerapan, kita juga wajib tahu makanan yang dapat membantu penyerapan zat besi ke dalam tubuh. Mereka adalah sayuran hijau, kentang, makanan fermentasi, vitamin A, vitamin C, daging, dan ikan. Jadi, kuncinya adalah menghindari makanan yang menghambat penyerapan zat besi dengan tidak memakannya bersamaan dengan makanan dan mengonsumsi makanan tinggi zat besi serta zat yang dapat meningkatkan penyerapannya.

Pentingnya Peran Vitamin C untuk Mengoptimalkan Penyerapan Zat Besi dengan Rasio Molar yang Tepat

Vitamin C adalah zat yang dapat meningkatkan penyerapan zat besi. Kita dapat mengonsumsi vitamin C dalam makanan maupun dalam bentuk suplemen. Namun ada perbandingan tertentu antara vitamin C dan zat besi ini agar zat besi semakin mudah diserap tubuh. Mengapa bisa demikian?

Zat besi masuk ke tubuh dalam bentuk ion feri Fe3+. Ion feri ini memiliki 3 ion positif. Agar dapat diserap tubuh, ion feri harus direduksi menjadi ion fero Fe2+, karena sel usus hanya dapat menyerap ion fero. Untuk mereduksi ion feri menjadi ion fero dibutuhkan vitamin C.

Perbandingan vitamin C dan zat besi bisa diatur sedemikan rupa sehingga perbandingannya pas agar zat besi mudah diserap tubuh. Kombinasi unik tersebut dilihat dari perbandingan molarnya. Dalam penelitian yang dilakukan Lynch (2003) sudah terbukti bahwa kombinasi unik vitamin C dan zat besi dengan rasio molar 2:1 dapat meningkatkan ketersediaan zat besi dalam tubuh sebanyak 2x lipat. Perbandingan molar ini bukan perbandingan berat ya. Rasio molar 2:1 tersebut setara dengan 20 mg vitamin C dan 3 mg zat besi. Namun ada kombinasi unik yang berbeda untuk formula berbasis soya. Kombinasi Vitamin C dan zat besi pada formula soya disarankan dengan rasio molar 4:1 agar penyerapan zat besinya optimal.

Risiko Defisiensi Zat Besi pada Si Kecil yang Alergi (Tidak Cocok) Susu Sapi

Menurut WAO, organisasi alergi dunia, penduduk dunia yang mengalami alergi sebesar 30-40%. Hingga 550 juta orang di dunia menderita alergi makanan. Salah satu alergi makanan itu adalah susu sapi. Kejadian di Indonesia 0,5-7,5% anak mengalami susu sapi. 

Alergi protein susu sapi adalah kasus alergi terbesar kedua setelah alergi telur pada anak-anak di Asia. Hal senada juga terjadi di Indonesia. Data dari klinik anak di RS Cipto Mangunkusumo Jakarta tahun 2012 menunjukkan bahwa 31% pasien anak alergi terhadap putih telur dan 23,8% alergi susu sapi. WAO sendiri melaporkan 1,9-4,9% anak-anak di dunia mengalami alergi susu sapi.

Besarnya potensi kejadian alergi susu sapi ini sebenarnya bahaya tidak, sih? Mari kita simak lebih lanjut pemaparan dari Prof. Dr. Budi Setiabudiawan, dr. Sp. A(K), M. Kes. yang merupakan dokter spesialis anak dan konsultan alergi imunologi.

Alergi susu sapi adalah respon sistem imun yang berlebihan (hipersensitif) terhadap protein susu sapi yang sebenarnya tidak bahaya bagi orang lain.

Angka kejadian alergi susu sapi ini semakin meningkat. Kita sebagai orang tua harus waspada terhadap alergi ini. Jika kita terlambat mengatasinya maka akan dapat merugikan tumbuh kembang anak. Alergi harus didiagnosa sedini mungkin terutama anak yang mempunyai bakat alergi, yang disebut atopi. Atopi adalah bakat yang diturunkan oleh satu atau kedua orang tua.

Alergi harus dikenali dan ditangani sedini mungkin agar tidak timbul gejala alergi selanjutnya seperti alergi makanan, eksim, asma dan rhinitis. Akan sangat kasihan jika gejala alergi tersebut dibiarkan terus-menerus, karena akan sangat tidak nyaman dalam kesehariannya. Bayangkan sedikit-sedikit gatal-gatal, hidung meler karena pilek, bersin-bersin. Aktivitas si kecil jadi terganggu, kan? Tak hanya itu, kalau alergi ini terus berlanjut akan muncul dampak-dampak alergi lainnya. Yakni berdampak dalam hal:

  • Kesehatan. Adanya alergi akan meningkatkan risiko penyakit degeneratif seperti obesitas, hipertensi, sakit jantung.
  • Ekonomi. Biaya pengobatan meningkat untuk menangani alergi. Selain itu, juga meningkatkan biaya tidak langsung. Kalau si anak sakit kan harus menemani anak sehingga tidak masuk kerja. Dengan demikian penghasilan berkurang saat orang tua tidak masuk kerja.
  • Psikologi. Karena ketidaknyamanan yang timbul akibat alergi, akan berakibat stress pada anak dan orang tua, serta menurunkan kualitas hidup si kecil.
  • Gangguan tumbuh kembang. Anak dengan alergi mengalami keterlambatan pertumbuhan karena berhubungan dengan jenis dan durasi pantang makanan tertentu.

akibat alergi susu sapi

Risiko Nutrisi pada Anak dengan Alergi

Anak yang alergi akan menjalankan diet eliminasi, yaitu tidak makan makanan tertentu penyebab alergi. Akibatnya banyak makanan bergizi yang dilewatkan. Bahkan makanan penggantinya bisa saja buruk tidak sebaik makanan yang harus dihindari itu. Karena nutrisi pengganti buruk, maka kebutuhan diet meningkat apalagi dibarengi dengan keadaan anak yang susah makan. Biasanya anak yang alergi terhadap susu sapi juga alergi makanan lain sehingga diet restriksi akan lebih beragam. Masalah lain yang terjadi adalah suplementasi tidak adekuat meski anak sudah terbatas nutrisinya. Masalah-masalah yang timbul ini akan menjadikan si kecil malnutrisi dan pertumbuhannya terhambat.

Gejala alergi susu sapi yang timbul pada si kecil dapat berupa gejala ringan/sedang dan gejala berat. Coba perhatikan perbandingan identifikasi gejala yang timbul berikut ini.

Alergi Susu Sapi Sedang

Anak yang mengalami alergi susu sapi ringan/sedang bisa mengalami satu atau lebih dari gejala berikut ini.

-Regurgitasi berulang, muntah, diare, konstipasi(dengan atau tanpa ruam perianal), darah pada tinja.

-Dermatitis atopik, anhiodema, urtikaria

–Pilek, batuk kronik, mengi

-Kolik persisten (lebih dari 3 jam per hari/minggu selama lebih dari 3 Minggu)

Anemia defisiensi besi

Alergi Susu Sapi Berat

Anak yang mengalami alergi susu sapi ringan sedang bisa mengalami satu atau lebih dari gejala berikut ini.

-Gagal tumbuh karena diare dan atau regurgitasi, muntah, dan anak tidak mau makan

-Enteropati karena kehilangan protein (hipoalbuminemia), kolis ulseratif kronik yang sudah terbukti melalui endoskopi atau histologi.

-Dermatitis atopik berat

-Laringodema akut, obstruksi,bronkus dengan kesulitan bernapas.

-Syok anafilaksis

Anemia defisiensi besi karena kehilangan darah di tinja.

Jika diamati, anak alergi susu sapi sedang dan berat sama-sama mengalami gejala anemia defisiensi besi. Mengapa hal ini bisa terjadi? Hal ini dijelaskan dalam bahasan risiko dan tantangan pada anak dengan alergi susu sapi  di bawah ini.

Risiko dan Tantangan pada Anak dengan Alergi Susu Sapi

Anak alergi susu sapi memiliki risiko dan tantangan tersendiri terkait dengan nutrisinya, sehingga berdampak pada defisiensi zat besi. Kekurangan zat besi dan zat gizi lainnya pada anak alergi susu sapi terjadi karena 2 hal utama, yaitu:

  1. Asupan tidak adekuat. Adanya pembatasan makanan karena restriksi diet/penghindaran makanan yang tidak sesuai akan memengaruhi asupan zat gizi harian.

Anak dengan alergi susu sapi otomatis akan menghindari makanan tertentu seperti susu dan olahannya, padahal makanan itu sangat bergizi. Akibatnya sudah terbukti bahwa asupan zat besi, kalsium, fosfor, dan vitamin C secara signifikan lebih rendah pada anak pembatasan makanan dibandingkan tanpa pembatasan makanan.

  1. Adanya inflamasi pada saluran cerna dapat memicu kehilangan darah, memengaruhi penyerapan zat gizi, dan berpotensi meningkatkan risiko defisiensi zat besi.

Gejala alergi susu sapi dapat terjadi di kulit, pernapasan, dan saluran cerna. Jika terjadi di saluran cerna, salah satu akibatnya adalah inflamasi atau peradangan di saluran cerna. Artinya ada luka-luka di saluran cerna. Kemudian anak mengalami diare, tinjanya akan ada darahnya. Jika anak mengalami diare berarti kemampuan penyerapan zat gizinya berkurang. Nah, dalam darah yang keluar itu kan ada zat besinya. Otomatis kalau kehilangan darah, zat besi dalam tubuh juga berkurang. Oleh karena itu risiko defisiensi zat besi meningkat. Sehingga dibutuhkan asupan zat besi tambahan.

Sampai di sini dapat disimpulkan bahwa:

  • Gangguan alergi pada saluran pencernaan dapat dikaitkan dengan malabsorpsi dan hilangnya protein dan zat besi dari saluran pencernaan.
  • Hal ini dapat mengakibatkan anemia defisiensi zat besi yang perlu ditangani bersamaan dengan strategi pembatasan antigen dan induksi toleransi. Merangsang agar tubuh sudah menolerir makanan alergen sedikit demi sedikit. 
  • Pemberian suplementasi zat besi jika dibutuhkan harus mempertimbangkan dosis yang tepat yang disesuaikan dengan kebutuhan masing-masing pasien dalam periode waktu tertentu. Jika anemia sudah teratasi, suplementasi harus dihentikan.

Tanggap Alergi dengan Gerakan 3K+

Kita sebagai orang tua harus tanggap terhadap risiko alergi si kecil. Ini dimaksudkan untuk menangani sedini mungkin agar jangan sampai alergi mengganggu aktivitas maupun tumbuh kembangnya. Apalagi sampai kejadian kekurangan zat besi seperti yang berdampak pada anak saya. Kita bisa lakukan tanggap alergi dengan Gerakan 3K+, yang terdiri dari urutan:

Kenali

Artinya kenali risiko dan gejala alergi sedini mungkin. Alergi terjadi karena adanya bakat alergi dalam keluarga. Jadi, kita harus mengetahui apakah dalam keluarga ada riwayat yang mengalami alergi. Alergi bisa diturunkan jika salah satu atau kedua orang tua punya alergi. Bahkan jika orang tua tidak mengalami alergi, risiko alergi tetap ada walaupun kecil. Risiko alergi semakin besar jika kedua orang tua mempunyai riwayat alergi.

Kalau sudah muncul alerginya kita harus kenali gejalanya. Gejala alergi ini bisa terjadi di kulit, saluran pernapasan dan saluran cerna. Jika terjadi di kulit gejala yang timbul adalah ruam merah, bengkak pada mulut, kelopak mata. Gejala pada saluran pencernaan adalah sakit perut/diare, kolik, dan muntah. Jika alergi di saluran pernapasan, gejalanya bisa berupa batuk, pilek dan bersin-bersin, mata berair.

Konsultasikan

Jika kita melihat gejala alergi pada si kecil, konsultasikan segera gejala alergi ke dokter. Apakah betul gejala yang dialami si kecil adalah alergi? Jika benar alergi dokter akan memeriksa penyebab alerginya apa dan melakukan penanganan yang tepat untuk si kecil.

Kendalikan

Kendalikan alergi dengan nutrisi alternatif. Jika ditemui gejala alergi, dokter akan menangani dengan pemberian:

  1. Obat-obatan sesuai indikasi
  2. Penghindaran protein susu sapi dan produk turunannya.

Untuk melakukan penghindaran protein susu sapi dan produk turunannya, dapat ditempuh dengan cara:

  1. Menghindari produk susu dan olahannya. Perhatikan label baik-baik. Jangan pilih produk dengan komposisi susu sapi sama sekali.
  2. Pemberian ASI. ASI diberikan secara eksklusif 6 bulan dan dilanjutkan hingga 2 tahun. Selama masa penyusuan ini, ibu juga harus pantang mengonsumsi protein susu sapi dan olahannya.
  3. Jika kondisi si kecil kurang beruntung karena tidak bisa mendapatkan ASI, maka berilah formula alternatif. 

Jenis-jenis formula yang dapat diberikan ada 3, sesuai dengan diagnosa dokter, yaitu:

  • Formula asam amino untuk gejala alergi berat.
  • Formula protein terhidrolisa ekstensif untuk gejala alergi ringan-sedang.
  • Formula isolat protein soya untuk gejala alergi ringan sedang. Formula isolat protein soya ini biasanya dipilih jika ada masalah dana dan ketersediaan susu terhidrolisat ekstensif terbatas.

Formula isolat protein soya dipilih sebagai alternatif karena sudah terbukti aman dan tidak banyak berbeda dengan susu sapi dalam hal pemenuhan gizi si kecil. Hal ini telah dibuktikan dalam beberapa penelitian sebagai berikut:

  • Meta analisis membuktikan bahwa tidak ada efek negatif terhadap fungsi reproduksi, endokrin, sistem imun, dan kognitif (Kneepkens F, 2010).
  • Tidak ada perbedaan efek signifikan aspek kognitif dan bahasa (verbal intelligence, expressive communication, auditory comprehension)  pada anak yang diberikan formula soya dibandingkan dengan anak yang diberikan  formula susu sapi di usia 3 dan 5 tahun (Bellando J et al, 2020).
  • Penelitian (pilot study) yang dilakukan selama Januari 2018-September 2019 secara multisite di Bandung, Yogya, Jakarta, dan Surabaya pada 39 anak alergi susu sapi menunjukkan bahwa pemberian formula isolat protein soya mampu mendukung pertumbuhan normal anak yang alergi susu sapisesuai dengan grafik pertumbuhan WHO serta aman dan dapat ditoleransi dengan baik. Tetapi perlu ada penelitian lebih lanjut dengan jumlah dan metode yang lebih luas (Budi et al, 2020).

Jadi, Bunda tidak perlu khawatir kalau formula isolat protein soya tidak sama dengan nutrisi di formula susu sapi. Karena penelitian telah menunjukkan tidak ada perbedaan signifikan antara keduanya. Formula isolat protein soya pun mampu mendukung tumbuh kembang si kecil agar maksimal.

Kembangkan

Kembangkan potensi prestasinya. Kita tidak hanya fokus menghindarkan sesuatu yang membuat si kecil alergi dan memberi nutrisi alternatif terbaik, tapi kita juga harus mengembangkan potensi prestasinya agar bisa tumbuh maksimal. Adanya stimulasi yang tepat akan mengasah potensi prestasinya. Si kecil akan mampu berpikir cepat, tangguh, percaya diri, tumbuh tinggi, dan aktif bersosialisasi.

Dengan melaksanakan Tanggap Alergi Gerakan 3K+ diharapkan kondisi alergi si kecil akan teratasi sedini mungkin. Bahkan bisa hilang, sehingga si kecil dapat beraktivitas tanpa mengalami gangguan, tumbuh kembangnya juga maksimal. Jangan khawatir ya, kondisi alergi ini akan mengalami remisi, yang mana lama-kelamaan akan sembuh jika ditangani dengan baik. Di tahun pertama, akan terjadi remisi 45-55%. Tahun kedua 60-75%. Tahun ketiga bisa hilang 90%.

Sarihusada terus melakukan inisiatif dan inovasi untuk mendukung si kecil yang tidak cocok susu sapi tetap tumbuh maksimal

Melihat adanya risiko anak yang tidak cocok susu sapi akan terganggu perkembangannya jika tidak diberikan penanganan yang tepat, Sarihusada terus melakukan inisiatif dan inovasi untuk mendukung si kecil yang tidak cocok susu sapi agar dapat tumbuh maksimal. Hal ini disampaikan oleh Anggi Morika Septie selaku Senior Brand Manager SGM Eksplor Soya Pro-Gress Maxx.

Perlu diketahui, Sarihusada (PT Sarihusada Generasi Mahardika) adalah perusahaan yang memproduksi berbagai produk nutrisi untuk ibu hamil, menyusui, dan anak dengan rasa enak, terjangkau serta berstandar internasional. Produk-produk yang sudah ada adalah SGM Eksplor, SGM Eksplor Soya, SGM Eksplor Buah & Sayur, SGM Aktif, dan SGM Bunda. Sarihusada sendiri adalah bagian dari bisnis Danone Specialized Nutrition yang merupakan salah satu perusahaan makanan minuman terbesar di dunia yang telah beroperasi di 160 negara dengan lebih dari 100.000 karyawan di seluruh dunia. Danone memiliki misi memberikan kesehatan melalui makanan kepada sebanyak mungkin orang di dunia.

Dengan misi tersebut, Sarihusada terus melakukan kegiatan yang menyehatkan orang banyak, salah satunya adalah peduli terhadap kesehatan dan tumbuh kembang anak yang tidak cocok susu sapi. Oleh karena itu, dari tahun ke tahun Sarihusada terus melakukan kegiatan yang mendukung tumbuh kembang si kecil. Seperti saat ini bisa dilihat inisiatif dan inovasi yang Sarihusada lakukan, yaitu:

1. Edukasi Gerakan 3K+

Saat ini Sarihusada menggencarkan Edukasi Gerakan 3K+. Gerakan 3K+ adalah penyempurnaan dari Gerakan 3K yang telah diperkenalkan pada tahun-tahun sebelumnya. Gerakan 3K+ sebagaimana telah dijelaskan di atas, meliputi:

  • Kenali. Kenali gejala alergi yang bisa muncul pada si kecil yang tidak cocok susu sapi.
  • Konsultasikan. Konsultasikan ke dokter untuk mengetahui penyebab alergi dan penanganannya.
  • Kendalikan. Kendalikan dengan nutrisi yang tepat.
  • Kembangkan. Kembangkan potensi prestasi si kecil agar dapat tumbuh maksimal.

2. Website Alergi Anak

Sarihusada juga mengedukasi lewat website Alergi Anak. Kita bisa mengaksesnya di mana saja dan kapan saja melalui link https://www.generasimaju.co.id/alergianak/ . Sarihusada telah menyempurnakan fitur digital yang lengkap untuk mendukung si kecil yang tidak cocok susu sapi sehingga banyak yang bisa kita lakukan di sana. Kita bisa melakukan pengecekan risiko tidak cocok susu sapi, membaca artikel lengkap seputar tumbuh kembang si kecil yang tidak cocok susu sapi, konsultasi online, kreasi resep sehat tinggi zat besi, hingga tips stimulasi si kecil yang tidak cocok susu sapi.

3. Festival Soya Generasi Maju

Sarihusada terus menginspirasi para bunda agar edukasi Gerakan 3K+ tersampaikan. Dengan demikian para bunda percaya diri dalam mendampingi si kecil agar tumbuh maksimal.

Festival Soya Generasi Maju adalah rangkaian kegiatan edukasi seputar penanganan kondisi si kecil tidak cocok susu sapi agar si kecil bisa didukung tumbuh maksimal. Kegiatan ini berlangsung dari 23 Maret – 3 April 2021. Ada banyak acara yang bisa diikuti secara virtual melalui http://bit.ly/FestivalSoyaGenerasiMaju , di antaranya:

  • Tanya Dokter. Bunda bisa mendapatkan informasi dan konsultasi lansung dengan para ahli seputar kondisi dan penanganan alergi si kecil.
  • Sharing Session. Di sini bunda akan menerima tips dan sharing pengalaman sesama bunda, tapi bundanya spesial, yaitu para bunda selebriti.
  • Tips simulasi. Yaitu, tips stimulasi yang tepat dari psikolog Anak dan Keluarga untuk mengembangkan potensi prestasi si kecil.
  • Kreasi resep sehat. Akan ada live cooking bersama celebrity chef. Bunda akan diajak berkreasi dengan resep sehat berbahan dasar SGM Eksplor Soya Pro-gress Maxx.

Saya pun tertarik berkunjung ke Festival Soya Generasi Maju. Ada 4 booth virtual di sana. Ada booth Kenali, Konsultasikan, Kendalikan, dan Kembangkan. Masing-masing booth berisi info-info menarik yang bisa kita coba dan ikuti acaranya.

Booth Kenali

Di booth Kenali, saya menjumpai Allergy-Iron Checker dan Jadwal Acara. Fitur Allergy-Iron Checker adalah pengecekan melalui website itu apakah si kecil mengalami alergi atau kemungkinan defisiensi zat besi. Sedangkan jadwal acaranya berupa sesi TANYA DOKTER yang berlangsung tanggal 23 Maret 2021.

Booth Konsultasikan

Di booth Konsultasikan, saya menemukan tombol Tanya Dokter, Jadwal acara, dan Link pendaftaran Kulwhapp. Jika kita klik Tanya Dokter, kita akan dibawa pada halaman konsultasi virtual mengenai alergi si kecil. Pada tombol Jadwal Acara ada info acara apa saja bersama dokter. Ada yang berupa IG Live, ada juga kulwhapp, yang link pendaftarannya juga tersedia di sana.

Booth Kendalikan

Di booth Kendalikan, kita akan menjumpai jadwal acara IG Live maupun live streaming sharing session bersama bunda selebriti dan live cooking bersama chef selebriti. Selain itu, kita akan menjumpai link untuk mengakses kreasi sehat berbahan dasar SGM Eksplor Soya.

Booth Kembangkan

Di booth Kembangkan, saya menjumpai jadwal acara bersama psikolog anak dan keluarga yang dapat disimak melalui IG Live maupun FB Live. Di sini juga ada akses video untuk mengembangkan potensi prestasi si kecil, seperti membuat kreasi Bunny Headband dan Bunny Dance bersama SGM Ekplor Soya Pro-gress Maxx.

Peluncuran SGM Eksplor Soya Pro-gress Maxx

Pada Festival Generasi Soya ini juga diluncurkan inovasi baru dari SGM. Peluncuran susu pertumbuhan baru dari SGM ini didasarkan pada fakta bahwa saat ini masih ada masalah kesehatan yang harus kita atasi untuk dukung si kecil tumbuh maksimal. Saat ini kita dihadapkan pada kenyataan bahwa 1 dari 3 anak berisiko mengalami anemia defisiensi zat besi dan 7,5% anak di Indonesia mengalami alergi susu sapi, yang artinya ada sekitar 350.000 anak yang tidak cocok susu sapi dan prevalensinya terus meningkat setiap tahunnya.

Sementara itu, dari kejadian-kejadian tersebut akan timbul dampak-dampak tertentu yang akan terus menghantui si kecil. Dampak tidak cocok susu sapi dapat meningkatkan risiko gejala yang berkelanjutan dan meningkatkan risiko penyakit kronis lainnya. Sedangkan dampak kekurangan zat besi adalah prestasi akademik rendah, gangguan pada sistem motorik dan sensorik, mudah terserang penyakit, dan pertumbuhan fisik terhambat. Oleh karena itu, Sarihusada meluncurkan SGM Eksplor Soya Pro-Gress Maxx sebagai penyempurnaan formulasi SGM Eksplor Soya versi sebelumnya.

SGM Eksplor Soya Pro-gress Maxx berbasis isolat protein soya berkualitas yang dilengkapi dengan IronC sehingga dapat mengatasi risiko kekurangan zat besi pada anak yang tidak cocok susu sapi. SGM Eksplor Soya Pro-gress Maxx cocok untuk usia 1-5 tahun dan tersedia dua varian rasa yaitu madu dan vanila. Kita bisa pilih kemasan 400 gram atau 700 gram.

Apa saja kandungan penting dalam SGM Eksplor Soya Pro-gress Maxx? Berikut kandungan dan manfaatnya.

Isolat Protein Soya Berkualitas

SGM Eksplor Soya Pro-Gress Maxx berbahan dasar isolat protein soya yang berkualitas, sehingga tidak akan menimbulkan alergi bagi anak yang tidak cocok susu sapi. Dengan rasa yang creamy, manfaat dan kandungan yang diformulasikan sama baiknya dengan susu yang berasal dari susu sapi. Tak hanya itu, dalam susu ini juga ada serat pangan sebesar 1 mg per saji.

IronC

SGM Ekplor Soya Pro-Gress Maxx dilengkapi inovasi terbaru berupa kombinasi unik zat besi dan vitamin C. Kombinasi zat besi dan vitamin C yang tepat ini akan meningkatkan penyerapan zat besi ke dalam tubuh si kecil. Jumlah vitamin C per takaran sajinya tinggi, yaitu 29,2 mg.

Minyak Ikan, Omega 3&6

Dalam SGM Ekplor Soya Pro-Gress Maxx juga dilengkapi dengan minyak ikan, terdiri atas omega 3 dan 6. Asam lemak baik ini penting untuk kecerdasan otak si kecil. Omega 3 sebesar 52 mg per saji, sedangkan omega 6 sebesar 601 mg per saji.

Kalsium, Tinggi Vitamin D

SGM Ekplor Soya Pro-gress Maxx juga mengandung kalsium yang mencukupi kebutuhan si kecil. Tambahan vitamin D-nya yang tinggi akan membantu penyerapan kalsium ke tubuh.

Pengalaman Bunda-Bunda Selebriti yang Buah Hatinya Tidak Cocok Susu Sapi

Dalam webinar ini juga ada sharing pengalaman para bunda selebriti dalam menangani buah hatinya yang tidak cocok susu sapi. Ada Natasha rizky, Revalina S. Temat dan Joana Alexandra. Dari mereka saya cukup belajar banyak apa yang harus dilakukan jika ada risiko alergi dan kekurangan zat besi pada si kecil. Kuncinya jangan panik, galilah ilmu dari para ahli. Seperti sekarang dengan ikut webinar ini, saya mendapat ilmu baru untuk tanggap alergi dengan gerakan 3K+. Ini dia kata para bunda selebriti:

Natasha Rizky

“Ketika aku tahu tingginya risiko kekurangan zat besi pada anak yang tidak cocok susu sapi, aku sama Desta lebih berusaha untuk ekstra tanggap pada gejala yang muncul. Begitau tau gejalanya, aku rutin berkonsultasi pada dokter. Yang paling penting adalah mengendalikan gejala yang tejadi pada anak keduaku Miskha,” kata Natasha.

Natasha bersyukur dengan hadirnya alternatif nutrisi berbasis isolat soya seperti SGM soya yang dilengkapi dengan zat besi dan vitamin C sangat membantu kebutuhan nutrisi anaknya yang tidak cocok susu sapi. Ia bisa mengembangkan potensi prestasi si kecil. Sekarang Miskha jadi lebih bebas belajar, bermain, dengan nyaman karena gejala alergi susu sapinya tidak muncul lagi. Natasha menjadi yakin dengan nutrisi tepat dari SGM soya Miskha akan tumbuh maksimal seperti anak-anak lainnya.

Revalina S. Temat

“Kita sebagai bunda jangan langsung panik kalau anak tidak cocok sapi. Kita langsung saja terapkan gerakan 3K+. Berikan alternatif tepat sesuai anjuran dokter.”

Kalau Reva sendiri memberi si kecil SGM Eksplor Soya Pro-gress Maxx karena mengandung zat besi dan vitamin C dengan rasio yang tepat serta nutrisi lainnya. Dengan demikian Rihga, buah hatinya, dapat terhindar dari gejala alergi susu sapi dan defisiensi zat besi. Rihga makin jago main basket tanpa terganggu gejala alergi. Kalau dulu dia suka bersin-bersin karena alergi susu sapinya, sekarang sudah tidak kambuh lagi.

Joanna Alexandra

Joanna yakin nutrisi dari SGM Eksplor Soya Pro-gress Maxx bisa mendukung tumbuh maksimal. Karena di situ selain iron dan vitamin C, juga ada nutrisi penting lainnya sama seperti dalam susu sapi. Nutrisi penting itu adalah isolat protein soya, minyak omega, vitamin D, serat pangan, dll.

“Anakku Zuriel sudah besar sekarang sudah terbukti bebas dari alerginya. Tidak ruam lagi jadi lebih tenang dan nyaman. Dia bebas beraktivitas,” ujarnya.

Melihat pemaparan dari para ahli dan sharing pengalaman dari para bunda selebriti, yuk jangan kecolongan, Bunda! Pantau terus tumbuh kembang si kecil, terutama jika ada bakat alergi susu sapi. Jika ketahuan sejak dini akan lebih mudah penanganannya. 

Ingat selalu Gerakan 3K+ untuk mendukung tumbuh kembang si kecil yang tidak cocok susu sapi. Dengan demikian, si kecil tetap akan bisa tumbuh maksimal tanpa takut terganggu alergi dan kekurangan zat besi. Si kecil pun siap menjadi Anak Generasi Maju.

Semoga bermanfaat!