Alergi Memengaruhi Tumbuh Kembang Anak, Ini Cara Mencegahnya
Sinar mentari yang mengelitik kulit tak menghalangi sekumpulan bocah itu bermain tali karet saat istirahat sekolah. Mereka bergantian melompati tali karet itu semakin lama semakin ditinggikan. Seorang bocah mungil yang tampak paling kecil di antara mereka, berdiri di dekat situ. Ia sibuk mengamati teman-temannya berlari kemudian melompat. Sesekali ia menyeka hidungnya yang berair dengan sapu tangannya. Dari matanya tampak berharap, kapan giliranku?
“Kamu boleh ikut bermain. Tapi kamu berdiri di sini saja ya, jadi anak bawang. Kamu masih kecil belum bisa lompat tinggi. Nanti kalau sudah ada yang kalah kamu bisa menggantikannya.” ujar salah satu anak.
Bocah yang paling kecil itu pun mengangguk. Tetap bersabar menunggu gilirannya yang tak pernah didapat hingga bel masuk berbunyi.
Kini bocah yang paling kecil itu tumbuh dewasa, memiliki dua orang anak. Itulah saya. Dulu saya merasa bocah yang tidak bisa tumbuh karena paling kecil di antara teman-teman. Kemudian saat mendengarkan paparan tentang alergi yang dapat menghambat tumbuh kembang anak di acara talkshow #NutriTalk, saya berpikiran, apa memang benar ada hubungannya dengan tubuh saya yang mini? Apalagi jika anak alergi mengonsumsi obat steroid yang dapat mengahambat pertumbuhan lempeng tulang. Dipikir-pikir saya tidak pernah mengonsumsi obat alergi secara terus-menerus. Usut punya usut ternyata saya memiliki usia 2-3 tahun lebih muda dibanding teman sekelas, sehingga wajar jika dulu ukuran tubuh saya lebih kecil dibanding mereka. Syukurlah.
Acara talkshow #NutriTalk yang dihelat pada Kamis, 31 Maret 2016 di J.W Marriott Surabaya itu membahas detil tentang alergi, khususnya tentang manajemen alergi protein susu sapi dan dampak alergi pada tumbuh kembang anak. Acara itu dipandu oleh dr. Lula Kamal dan menghadirkan narasumber yang ahli di bidangnya, yaitu Dr. dr. Anang Endaryanto, SpA(K) – Ahli Alergi Imunologi , Departemen Ilmu Kesehatan Anak FK Universitas Airlangga RSU Dr. Soetomo dan Dr. dr. Ahmad Suryawan, SpA(K) – Ketua Divisi Tumbuh Kembang Anak dan Remaja Departemen Ilmu Kesehatan Anak RSU Dr. Soetomo.
Sebelum acara talkshow dimulai, saya bermain-main dulu di beberapa booth. Booth-booth ini mengajak pengunjung mengenali dulu alergi sebagai seluk-beluk pengetahuan awal tentang alergi.
Booth Alergi Anak
Di sini saya diperkenalkan dengan suatu website interaktif mengenai alergi. Saya langsung loading ke www.alergianak.com lalu mengisi kuisioner. Pertanyaan itu berhubungan dengan diagnosis alergi, misalnya seberapa besar risiko alergi saya, atau bagaimana gejala alergi yang saya alami. Hasilnya dapat diterima via email.
Booth Allergy Care
Di sini dijelaskan sedikit seputar alergi. Seberapa besar persentase risiko seseorang terkena alergi juga macam-macam alergi. Ternyata 1 dari 25 anak memiliki risiko terkena alergi. Penjelasan lebih detail nanti di acara.
Photo Booth Kenali Gejala Alergi Susu Sapi
Saya lagi-lagi mengisi kuisioner. Kali ini langsung di layar komputer seukuran televisi yang bisa touchscreen, misalnya apa orang tua punya alergi, alergi yang dimiliki seperti apa, dll. Setelah kuisioner selesai, saya pun mengambil gambar (foto). Kemudian ada pilihan mau alergi apa. Saya memilih kulit berbintik dan hidung berair. Jadilah foto before dan after saat terkena alergi.
Booth Play Ground
Ini khusus area anak-anak bermain. Kita bisa mengukur tinggi anak, menimbang berat badannya, dan disediakan kursi bagi anak-anak.
Booth 1000 Hari Pertama Kehidupan
Di booth 1000 hari pertama kehidupan ini, saya diminta untuk memutar roda undian. Setelah roda berhenti ada anak panah yang menunjuk kategori-kategori tertentu. Saya diberi pertanyaan yang berhubungan dengan kategori itu. Kebetulan saya dapat pertanyaan yang berhubungan dengan anak. Jika pertanyaan tersebut berhasil dijawab, saya mendapat hadiah kartu 1000 hari pertama kehidupan.
Kemudian saya mendapat penjelasan bagaimana 1000 hari pertama kehidupan itu. Ternyata 1000 hari pertama kehidupan itu dihitung sejak bayi berada dalam kandungan, yaitu:
270 hari kehamilan + 365 hari tahun pertama + 365 hari tahun kedua = 1000 hari
Mengapa sangat penting? Dalam 1000 hari pertama kehidupan, anak akan mengalami pertumbuhan dan perkembangan yang sangat cepat, termasuk otak, saluran cerna, dan imunitasnya. Oleh karena itu, diperlukan nutrisi yang tepat untuk menunjang kebutuhannya. Jangan kita lewatkan kesempatan ini karena tidak dapat terulang kembali.
Mission Complete!
Saya sudah menyelesaikan 3 booth penting dalam bermain menyusuri ilmu alergi. Sekarang saatnya saya menimba ilmu yang sebenarnya dari ahlinya.
Tentang Alergi
Pembahasan alergi awal, dibawakan oleh Dr. dr. Anang Endaryanto Sp.A(K). Beliau menjelaskan bahwa alergi merupakan reaksi tubuh yang menyimpang terhadap zat asing yang masuk ke dalam tubuh. Sistem kekebalan masing-masing individu bisa berbeda sehingga ada seseorang yang sensitif berlebihan terhadap protein asing, sementara orang lain tidak apa. Zat asing yang bisa menyebabkan alergi itu bisa berupa makanan, debu, atau bulu binatang.
Meski alergi selama ini dianggap penyakit yang biasa-biasa saja, ternyata alergi ini perlu mendapatkan perhatian serius karena angka kejadiannya meningkat akhir-akhir ini. Selain itu, alergi dapat merugikan tumbuh kembang anak. Yang terpenting untuk perlu diketahui, alergi ini adalah bakat yang diturunkan dari orang tua.
“Alergi harus diketahui sejak dini karena dampaknya akan kompleks. Alergen masuk ke kulit yang terbuka bisa menyebabkan asma dan pilek ke depannya. Jangan sampai ada eksim yang bablas sampai asma. Alergi kalau diturunkan secara genetik tidak bisa sembuh. Tapi zaman sekarang seberat apapun bisa sembuh dengan proses yang menyengsarakan.” ujar dr. Anang.
dr. Anang juga menjelaskan bahwa alergi dapat dideteksi dini melalui 3 cara, yaitu:
1. Identifikasi bayi alergi atau tidak secara pasti
Kita wajib mengenali risiko anak kita apakah bakat alergi atau tidak. Jika orang tua maupun saudara si kecil tidak memiliki alergi maka risiko terkena alergi sangat kecil. Persentase risiko tersebut semakin besar jika ada keluarga yang terkena alergi. Kita bisa menggunakan kartu deteksi dini UKK alergi imunologi IDAI untuk mengetahui risiko bayi kita. Apakah anak kita berisiko 1/12 terhadap alergi? Ataukah anak kita sudah termasuk dalam 1/25 anak yang sudah mengalami alergi? Jika anak berisiko tinggi segera temui tenaga kesehatan untuk mencegah dan menangani alerginya.
Saya mencoba menghitung risiko alergi anak kedua saya yang masih 1 tahunan menggunakan kartu deteksi dini risiko alergi. Saya sebagai ibunya positif memiliki alergi karena sudah pernah tes alergi dan dokter menyatakan saya terkena alergi berbagai makanan dan debu. Jadi saya isikan nilai 2 pada kolom ibu. Ayah si kecil sepertinya selalu pilek jika terkena debu, sehingga ini dicurigai memiliki alergi. Karena belum pernah memastikan ke dokter, maka saya mengisikan nilai 1 di kolom ayah. Kakaknya, setiap minum susu sapi secara terus menerus kulitnya mesti berbintik kemerahan, jika terkena debu badannya pun gatal-gatal kemerahan. Namun, saya belum memeriksakannya. Jadi kakaknya masih diduga terkena alergi sehingga saya isikan nilai 1 di kolom saudara kandung. Saya jumlahkan semuanya hingga diperoleh nilai 4. Maka, risiko alergi anak kedua saya itu tinggi sehingga perlu segera mengonsultasikan ke dokter tentang alerginya.
2. Kenali Jenis Alergi dan Gejalanya
Alergi selalu disebabkan oleh 3 jenis zat asing, yaitu makanan (susu sapi, kacang-kacangan, seafood, telur, gandum, dan ikan); debu rumah; dan bulu binatang. Kita bisa menandai, anak kita bereaksi seperti alergi apakah setelah memakan sesuatu, menyentuh sesuatu atau menggendong binatang.
Selain penyebab, kadang ada seseorang yang kumat alerginya karena AC. Sebenarnya salah kaprah jika kita menyebut AC atau pendingin ruangan yang menyebabkan alergi. Yang benar adalah suhu dingin sebagai pencetus alergi. Ngomong-ngomong soal pencetus, pencetus alergi ini bisa berupa fisik dan psikis. Pencetus fisik ini misalnya kedinginan, kepanasan, sakit flu, atau habis berlarian. Sedangkan secara psikis, pencetusnya bisa berupa tangisan, ketakutan, atau marah.
Kadang ada reaksi alergi yang berupa pilek seperti sedang flu. Jika anak kita pilek tidak kunjung berhenti, kita patut mencurigai anak ini sedang alergi. Namun, kita wajib tahu juga apakah pilek itu memang karena alergi atau infeksi. Bagaimana caranya? Alergi itu tidak terjadi pada siang secara dominan, tidak disertai demam, dan jika ada riak atau ingus tidak kental atau berwarna. Jika ada gejala salah satunya, maka pilek itu adalah karena infeksi virus bukan alergi.
3. Kontrol Alergi
Jika kita telah mencurigai suatu alergen sebagai penyebab alergi, maka kita bisa mengontrol alergi melalui tes provokasi eliminasi. Misalnya alergi terhadap makanan yang dicurigai, si anak harus menghindari makan makanan alergen itu (eliminasi) selama waktu tertentu misal 2-3 minggu. Setelah itu lanjutkan dengan diet provokasi dengan mengonsumsi makanan tersebut selama 7 hari berturut-turut. Jika masih timbul alergi, makanan tersebut harus dihindarkan sampai sembuh. Cara tes kesembuhannya pun sama, dengan melakukan diet provokasi selama 7 hari.
Begitupun dengan bulu binatang jangan adakan kontak dengan binatang selama 6 bulan, lalu adakan provokasi. Sedangkan debu rumah tidak mungkin kita hindari (eliminasi).
Kita juga bisa mengetahui jenis alergi secara medis dengan scratch test atau skin prick test. Caranya, lengan penderita alergi digores-gores dan diberi alergen, jika timbul reaksi membengkak (bentol-bentol), maka dia alergi terhadap alergen itu.
Alergi Susu Sapi
Alergi susu sapi ini perlu dideteksi dan ditangani lebih dini. Mengapa? Karena #AlergiProteinSusuSapi adalah biangnya segala alergi. Anak yang mengalami alergi susu sapi, maka memiliki risiko untuk:
- Asma alergi (71% )
- Pilek alergi (84%)
- Eksim (76%)
- Alergi debu rumah (81%)
Gejala alergi susu sapi ini bisa berupa diare, kolik, biduren, dermatitis atopik, asma, rhinitis (pilek), atau anafilaksis. Rhinitis adalah gejala yang paling mengganggu perkembangan. Sedangkan anafilaksis merupakan alergi yang sangat akut sehingga bisa mengancam jiwa. Gejala-gejala alergi ini sangat mengganggu anak dalam tumbuh kembangnya, sehingga segera lakukan diagnosis terhadap alergi ini. Kita bisa menelusuri riwayat perjalanan penyakit si kecil, mencatat makanan sehari-hari, uji alergi, dan uji eliminasi provokasi. Khusus diet eliminasi susu sapi ini lakukan selama 3-4 bulan.
Dampak Alergi pada Tumbuh Kembang Anak
Selanjutnya, Dr. dr Ahmad Suryawan Sp.A(K) menjelaskan tentang dampak alergi pada pertumbuhan dan perkembangan anak. Anak yang memiliki alergi akan terganggu pertumbuhan berat badannya, tingginya, serta lingkar kepalanya. Selain itu, menurut dr. Ahmad Suryawan perkembangan motorik, kemampuan bicara, penglihatan, pendengaran, dan emosi sosialnya juga bisa terganggu.
Mengapa alergi bisa mengganggu? Hal ini bisa dilihat dari 4 sebab, yaitu:
1. Dampak Perjalanan Alami Kondisi Alergi
Jika anak alergi terhadap suatu makanan, maka dia akan menghindari makanan yang menjadi penyebab alergi. Makanan penyebab alergi ini umumnya berupa protein. Sedangkan protein adalah zat yang penting untuk pertumbuhan dan perkembangan anak. Bayangkan jika anak tidak boleh memakan ikan, makanan laut, susu, telur yang gizinya sangat baik. Jika sedikit-sedikit tidak boleh makan, apa yang menjadi nutrisinya? Jadi, bukan tidak mungkin pertumbuhan dan perkembangan si anak bisa terganggu.
“Alergi itu bisa hilang dan timbul sewaktu-waktu tanpa bisa diprediksi. Untuk menghindarinya anak tidak boleh makan makanan penyebab alergi. Jika seorang anak sudah pantang terhadap sesuatu, dia akan menjadi takut makan makanan tertentu, dan dampaknya bisa kekurangan gizi. Inilah yang mengganggu pertumbuhan dan perkembangannya.” tutur dr. Ahmad Suryawan.
2. Efek samping obat-obatan
Jika alergi ringan, obatnya tidak terlalu keras. Paling tidak efeknya mengantuk, rewel, sulit makan. Tapi mengganggu juga bukan? Nah, bayangkan jika alerginya berat, harus diberi obat yang lebih keras pula. Dampaknya pun juga berat. Semisal steroid yang paling dihindari di dunia kesehatan. Obat-obatan jenis kortikosteroid itu bisa berefek pada pertumbuhan lempeng tulang anak. Anak menjadi tidak tumbuh.
3. Kondisi kronis
Alergi yang paling mengganggu pertumbuhan anak adalah alergi susu sapi. Pertumbuhan seperti berat badan dan tinggi badan bisa terganggu secara ringan sampai berat. Awalnya berat badan sangat sulit untuk bertambah. Jika alergi sudah kronis maka pertumbuhan tinggi badan juga terganggu.
Alergi yang sudah tingkat kronis berkepanjangan akan sangat mengganggu anak. Anak menjadi terganggu pola tidurnya serta aktivitasnya. Dengan demikian akan berdampak juga pada terganggunya perkembangan, pertumbuhan dan emosi anak. Jika sudah terganggu demikian, anak bisa stres. Hal ini bisa berdampak pada prestasi di sekolahnya, sehingga orang tua pun bisa ikut stres. Pada anak usia dini, perkembangan seperti kemampuan bicara, motorik, pendengaran, penglihatan, dan emosinya bisa mengalami keterlambatan. Alergi yang paling mengganggu perkembangan ini adalah rhinitis alergica yang ditandai dengan bersin-bersin, hidung berair, hidung tersumbat.
4. Aspek lingkungan
Anak yang sudah terganggu pertumbuhan dan perkembangannya bisa jadi menjadi korban bullying teman-temannya. Anak pun hidup dengan lingkungan yang stres.
Pencegahan Alergi
Ternyata alergi yang biasa dianggap sepele bisa berdampak kompleks ya terhadap anak? Baik terhadap kesehatannya, pertumbuhannya, bahkan juga perkembangannya. Namun, jangan khawatir, kita bisa melakukan pencegahan terjadinya alergi ini.
Memberi ASI Eksklusif Selama 6 bulan
Dalam ASI terdapat probiotik. Probiotik dalam ASI ini akan membantu usus bayi untuk tahan terhadap zat-zat asing penyebab alergi. Namun, ada kondisi dimana ibu tidak meungkin memberi ASI eksklusif. Untuk menjaga nutrisinya, diperlukan intervensi susu formula. Nah, agar memperkecil risiko alergi susu sapi, kita bisa memilih:
- Susu formula protein susu sapi terhidrolisis parsial. Susu formula ini berasal dari susu sapi yang kandungan proteinnya diproses sedemikian rupa sehingga panjang protein lebih pendek dan gampang dicerna. Susu ini diberikan pada anak yang belum muncul alerginya, dengan tujuan tubuh dapat mengenali protein sehingga sudah familiar dengan alergen itu. Harapannya jika suatu saat si anak minum susu dia tidak menjadi alergi.
- Susu formula protein susu sapi terhidrolisis sempurna. Susu ini diberikan untuk anak yang positif megalami alergi. Susu ini lebih aman karena proteinnya sudah mengalami hidrolisis ekstensif sehingga tidak mengandung alergen sama sekali.
- Susu formula soya. Ada kalanya anak sudah tidak toleran terhadap susu sapi walaupun sudah terhidrolisis proteinnya. Alternatifnya, kita bisa memberinya susu dari isolat protein soya. Susu ini memberi rasa yang sama enak dan gizi yang sama pula, namun harganya lebih murah sehingga penambahan berat badan, tinggi badan, kadar protein dan mineralisasi tulang bisa berjalan normal. Jangan khawatir terhadap dampak susu kedelai yang katanya bagi anak laki-laki akan menyebabkan sifat kewanitaannya muncul. Susu formula soya ini sudah diproses dalam bentuk isolat sehingga mengurangi risiko tersebut.
Memilih persalinan spontan
Jika ibu bersalin secara spontan pervaginam, flora normal yang ada pada ibu akan memasuki tubuh bayi. Probiotik ini akan melindungi tubuh bayi dan meningkatkan ketahanan terhadap alergen. Selain itu, juga akan mempengaruhi neurotransmitter bayi sehingga berdampak positif pada emosi dan perilakunya. Neurotransmitter adalah zat kimiawi yang mengantarkan informasi dari satu sel otak ke sel otak yang lain. Neurotransmitter ini juga berhubungan dengan mikrobiota yang didapat si bayi. Jika bayi lahir pervaginam, mikrobiota si bayi sama dengan mikrobiota ibunya, neurotransmitter si bayi sama dengan neurotransmitter ibunya sehingga persentase bayi yang dilahirkan melalui vagina akan lebih menurut.
Kenali risiko dan gejala alergi sejak dini
Sejak awal kenali risikonya, waspada dengan jenis-jenis gejala alergi dan penyebabnya.
Deteksi pola pertumbuhan dan perkembangan anak
Selalu catat dan amati data pertumbuhan dan perkembangan anak. Bukan hanya berat badan, tetapi juga tinggi, lingkar kepala, perkembangan emosi, dan perilakunya.
Konsultasi dengan para ahli dan dokter
Berkonsultasilah dengan dokter ahli, yakni dokter alergi, tumbuh kembang anak, nutrisi, dan psikolog anak jika dirasa perlu.
Acara ini pun ditutup dengan pengabadian foto launching Kartu Deteksi Dini Alergi IDAI. Beruntung sekali saya memiliki kesempatan untuk hadir dalam acara NutriTalk yang diadakan oleh Sari Husada Nutrisi Untuk Bangsa. Saya jadi lebih siap menangani anak saya yang memang alergi susu sapi. Dan jangan terlalu enteng membiarkannya.